Cast :
·
Ilham Fauzie as Ilham
·
Reza Anugrah as Reza
·
Cintami as Cinta
·
Nattan
Twitter : @lilikM_
***
Mata ini sulit sekali
untuk terbuka mungkin karena memang mata ini baru terpejam dini hari tadi, apa
boleh buat dengan sangat terpaksa mata ini harus terbuka dan melihat indahnya
pagi hari ini karena ini Aku ada jadwal kuliah pagi. Meski mata sudah terjaga
namun tubuhKu ini masih malas untuk beranjak dari tempat yang terasa empuk ini,
namun sayang teriakan mama Ku tersayang harus membuatKu dengan sangat terpaksa
beranjak dari tempat yang empuk ini.
“Ham... Ham... bangun
nanti Kamu terlambat kekampusnya” teriak mama Ku dari luar pintu kamarKu. Aku
melirik sekilas jam dinding yang menunjukkan jarum pendek pada angka 6 dan
jarum panjangnya pada angka 5, itu artinya sudah pukul 06.25. Segeralah Aku
bergegas beranjak dari tempat tidur.
“Iya mah ini Ilham udah
bangun” teriak Ku dari dalam kamar. Yah... perkenalkan namaKu Ilham Fauzie,
atau kerap disapa dengan Ilham.
“Ya sudah mama tunggu
dimeja makan, jangan lama-lama nanti abang kamu marah-marah seperti hari
kemarin” balas mamaKu. Aku memiliki seorang kakak yang usianya tak terpaut jauh
denganKu, kakak Ku tepatnya seorang laki-laki yang seiring disapa dengan Reza,
Reza Anugrah lengkapnya. Aku segera bergegas menuju kamar mandi untuk
membersihkan tubuh ini dan tak butuh waktu lama Aku sudah siap. Dengan langkah
malas kaki ini melangkah meninggalkan tempat yang begitu nyaman ini, berjalan
menuruni anak tangga dan menuju meja makan, disana sudah ada orang tua Ku dan
seorang laki-laki yang seiring Ku panggil dengan sebutan abang atau bahkan
terkadang Aku hanya memanggilnya dengan nama saja, ini memang sangat kurang
sopan tetapi ya inilah Aku.
“Pagi” ujarKu dengan
malas lalu duduk disamping Reza.
“Buruan habisin sarapan
Loe atau Gue tinggal” ujar Reza dengan nada sengit.
“Tinggalin aja, lagian
Gue masih bisa jalan kaki” ujarKu yang tak kalah sengit.
“Kalian berangkat bersama
dan jangan ada keributan pagi-pagi seperti ini, papa sudah bosan mendengar
kalian tiap detik selalu ribut” ujar papaKu dengan melirik Ku dan bang Reza
secara bergantian, ini sudah sekian kalinya papa memperingatkan Ku dengan bang
Reza, namun ya beginilah kita yang sangat sulit untuk terlihat akur.
“Kalau gak ribut itu gak
seru tau pa” ujarKu dengan memasukkan potongan roti kedalam mulutKu.
“Reza itu gak mau cari
ribut sebenarnya pah tapi sayangnya Ilham itu sulit banget untuk dibilangin”
ujar Reza. Duh... pandai sekali kakakKu yang satu ini saat memberi alasan,
alasannya itu semakin menjatuhkan diriKu ini dihadapan mama dan papa, sadar
sesadarnya bila mama dan papa pasti akan membenarkan apa yang dibilang dengan
bang Reza.
“Kamu itu seharusnya
mencontoh abangMu, kalian berdua itu adik kakak tapi sifat kalian itu amat
berbanding terbalik, Reza selalu patuh sama orang tua dan sifatnya pula sangat
berbeda dengan Kamu. Mama itu gak bermaksud buat membedakan kalian tapi mama
mau Kamu itu sadar” ujar mamaKu. Kalimat ini setiap harinya harus selalu
terdengar olehKu dan Aku hanya mendengarkan sembari menganggukan kepala. Sikap
mama dan papa yang selalu mengutamakan kak Reza dan seolah-olah apa yang Ku
lakukan selalu salah berbeda dengan apa yang dilakukan Reza, namun Aku tak
terlalu mengambil pusing karena ya inilah Aku yang pasti berbeda dengan orang
lain.
”Udahlah mah lagian Ilham
ya Ilham dan Reza ya Reza, kita berdua gak mungkin bisa menjadi orang yang
sama. Lagian suatu saat Ilham pasti bisa berubah saat dia sadar dengan dirinya,
mana mungkin sampai nanti Ilham akan terus begini” ujar bang Reza. Aku sedikit
terkejut dengan penuturan bang Reza kali ini, tidak biasanya kakakKu ini
membela Ku.
“Nanti suatu saat kalau
Ilham tau artinya tanggung jawab dengan apa yang telah dia lakukan pasti dia
akan berubah” lanjutnya.
“Benar itu kata kak Reza”
Aku menyetujui perkataan kak Reza.
“Kamu ini setuju setuju
saja namun gak didengerin dan berubah” ketus mama Ku.
“Mama dan papa harus tau
kalau suatu saat Ilham pasti akan berubah, bertanggung jawab dengan apa yang
setiap Ilham lakukan, dan untuk saat ini biarkan Ilham menikmati hidup ini”
ujarKu lalu beranjak dari tempat ini, karena Aku sama tak suka keadaan dimana
Aku terlihat dijatuhkan orang disekitarKu, bila Aku terus berada ditempat ini
rasanya telinga ini akan semakin sakit.
“Bang buruan, Gue tunggu
Loe didepan rumah dan gak pakai lama seperti apa yang sering Loe bilang” teriak
Ku. Kaki Ku melangkah keluar rumah, melangkah mendekat kearah sebuah mobil yang
terparkir didepan rumah dan tak lama kemudian laki-laki yang kupanggil dengan
abang itu keluar dari dalam rumah lalu masuk kedalam mobil menempati tempat
pengemudi dan aku duduk dijok sampingnya.
Benda besi ini mulai
bergerak meninggalkan perkarangan rumah dan menyusuri jalanan kota Bandung,
sepanjang perjalanan bang Reza mengeluarkan petuahnya dan itu membuatKu amatlah
bosan. Aku sama sekali tak peduli dengan petuah yang dikeluarkan oleh bang Reza
dan menggapnya hanya angin berlalu saja. Pada akhirnya bang Reza pun diam
karena merasa dirinya sama sekali tak Ku perdulikan, dan Aku tersenyum puas.
***
Aku dan bang Reza telah
sampai ditempat kami menuntut ilmu, mobil yang dikendarai bang Reza telah
terparkir ditempat parkir yang disediakan oleh kampus, tanpa sepatah kata pun
Aku beranjak pergi meninggalkan bang Reza karena Aku sudah malas untuk
mendengar petuahnya yang menurutKu tak penting itu. Sepanjang perjalanan menuju
kelasKu pagi ini terdengar banyak sapaan yang terucap dari para gadis dan Aku
hanya membalas dengan sebuah senyuman, sapaan-sapaan itu sudah biasaKu dapatkan
karena Aku termaksud laki-laki yang cukup populer dikampus ini maupun diluar
sana. Sesampainya dikelas sudah ada gadis yang sepertinya telah menungguKu
karena gadis ini bukanlah bagian dari kelas ini, dengan sengaja Aku tak
menganggap keberadaan gadis yang kerap disapa dengan Leni. Aku melangkahkan
kakiKu hingga tempat duduk paling belakang, ternyata Leni mengikuti diriKu dan
kini telah berdiri tepat dihadapanKu, Aku hanya meliriknya sekilas.
“Ham, kita harus bicara”
ujarnya.
“Bicara apa lagi ?
diantara kita sudah tak ada hubungan apa-apa lagi” ujarKu dengan santai,
terlihat dari raut wajahnya bila air mata Leni sudah ingin tumpah namun
sayangnya tertahan, mungkin karena situasi dikelas ini yang sudah cukup ramai
hingga membuat Leni harus menahan air matanya agar tidak terjatuh.
“Kamu seperti tak punya
beban bicara seperti itu ya Ham, oke Aku sudah tau siapa Kamu yang sebenarnya.
Kamu itu bermuka dua ya Ham, Kamu udah lupa sama janji-janji kamu dan ternyata
Kamu itu penuh dengan dusta” Ujar Leni dan berlalu meninggalkan ruangan ini
dengan air mata yang sudah tumpah, Aku hanya menggelengkan kepala dengan
tingkah Leni. Aku tak tau sudah berapa gadis yang telah mejadi kekasihKu, jujur
Aku menjalin hubungan dengan mereka karena cinta, namun entah mengapa seiring
berjalanan waktu Aku merasa bosan dengan hubungan yang Ku jalin dengan gadis-gadis
itu. Banyak orang bilang bila aku ini seorang playboy kalau kataKu sepertinya
mereka salah. Aku yang menjalin hubungan ini dan Aku pula yang merasakan
bagaimana hubungan ini bukan mereka yang hanya berkomentar saja, mereka hanya
melihat diri ini dari luar namun belum tentu mengetahui apa yang sesungguhnya.
Aku mengakui bila diriKu ini memang mudah jatuh cinta dengan seorang gadis, itu
mungkin juga sebagian alasan bila Aku disebut orang-orang playboy.
“Hahaha... lagian gadis
mana yang mau menolak laki-laki sepertiKu ini, jangan panggil Gue Ilham Fauzie
jika tak berhasil memikat hati gadis yang telah berhasil memikat hatiKu”
mungkin kalian merasa perkataanKu ini terlalu sombong namun bila kalian
mengenal Ku sudah pasti kalian akan jatuh hati padaKu. Sejuta karisma
sepertinya melekat pada diriKu ini hingga membuat semua gadis menggilai Ku,
asal kalian tau saja banyak gadis tanpa rasa malu mengungkapkan perasaannya
padaKu, sebagian besar dari mereka harus merasa sakit hati karena cintanya
telah Ku tolak.
AUTHOR POV
***
Sepulang kampus Ilham
menghabiskan waktunya disebuah pantai, laki-laki ini memang lebih suka
menghabiskan waktu luangnya disebuah pantai dibandingkan harus mendatangi
tempat yang sering didatangi oleh para remaja dijaman ini misalnya mall atau
bahkan diskotik, menurut adik dari Reza ini udara sejuk dipantai dapat membuat otaknya
kembali refresh dari aktivitas yang telah dilalui hari ini. Laki-laki yang
kerap disapa dengan Ilham ini berjalan menyusuri pinggiran pantai.
Sepanjang kakinya melangkah pandangan matanya selalu melihat
sepasang kekasih yang berada disekitar pantai ini, itu membuatnya merasa
cemburu karena dirinya hanya seorang diri tanpa ditemani seorang gadis, hal ini
pula yang membuat Ilham mengingat kejadian yang lalu saat dirinya datang
kepantai ini bersama dengan kekasihnya atau yang sekarang berstatus mantan
kekasih.
“Andai Gue masih punya
cewek mana mungkin Gue jalan sendiri seperti ini, apa gak ada cewek cantik yang
kesesat disini apa ? mungkin aja bisa jadi pacar Gue berikutnya” ujar Ilham.
Masih terbayang dengan jelas karena beberapa hari yang lalu Ia masih datang
ketempat ini bersama dengan kekasihnya atau lebih tepatnya mantan kekasihnya
yang baru semalam Ilham mengakhiri hubungannya dengan Leni, karena merasa Leni
kini over protektif dan itu sama sekali membuat Ilham merasa tak nyaman. Ilham
berdiri dipinggiran pantai sembari menikmati hembusan angin pantai, lalu terdengar
rintihan dari bibir Ilham.
“Awww...” Sebuah bola
tanpa sengaja ataupun disengaja terlepar mengenai kepala Ilham dan kejadian ini
membuat Ilham merasa semakin kesal. Ilham meraih bola itu dan mencari pemilik
bola tersebut, seorang gadis yang seusia dengan Ilham dan seorang laki-laki
kecil berusia 5tahun berjalan mendekat kearah Ilham.
“Sorry... itu bola adik
Aku dan bisa Kamu kembaliin bola itu ke kita” seorang gadis cantik meminta bola
adiknya yang tengah dipegang oleh. Lihatlah laki-laki ini hanya diam sembari
memandangi tanpa kedip gadis yang berdiri dihadapannya, gadis ini benar-benar
cantik dan lembut membuat Ilham yang pertama kali melihatnya terkagum-kagum.
“Kak ini bola Aku”
laki-laki kecil ini merebut bolanya yang tengah dipegang oleh Ilham, mungkin
karena laki-laki kecil ini merasa kesal karena Ilham tak kunjung mengembalikan
bolanya, dan tingkah laki-laki kecil ini membuat Ilham tersadar dari lamunanya.
“Sakit ya kak kena bola
tadi sampai buat kakak bengong hehehe” ujar laki-laki kecil ini sembari
terkekeh dan itu berhasil membuat Ilham malu dibuatnya.
“Sorry tadi Nattan nendang
bola itu dan gak sengaja terkena kepala Kamu, sekali lagi maaf” ujar gadis
cantik ini yang tak diketahui namanya oleh Ilham.
“Hah... Gue... eh
maksudnya Aku ga pa-pa, cuma agak sakit memang” Ilham dibuat salah tingkah
sendiri, entahlah mungkin laki-laki ini tengah jatuh cinta dengan gadis
dihadapannya dan ini bisa dibilang cinta pada pandangan pertama.
“Kenalin nama Aku, Ilham”
ujarnya dan mengulurkan tangan kearah gadis cantik dihadapannya namun sayang
yang membalas uluran tangan Ilham adalah seorang laki-laki kecil, ini sungguh
bukan keinginan Ilham.
“Nattan dan ini kakak Aku
namanya Cinta” ujar laki-laki kecil itu yang memperkenalkan dirinya dengan
panggilan Nattan, sedangkan Nattan juga memperkenalkan sang kakak yang bernama
Cinta. Lihatlah Cinta gadis ini dibuat terkekeh akan tingkah adiknya sedangkah
Ilham hanya tersenyum kecil.
“Nattan main bolanya sama
siapa ?” tanya Ilham.
“Sendiri” jawabnya.
“Mau kak Ilham temenin
main bola gak ?” tanya Ilham.
“Gak usah takutnya
nyusahin Kamu lagi, Nattan juga main sendirian gak masalah karena sudah
terbiasa” tolak Cinta lembut dan itu membuat Ilham kecewa, namun itu tak
membuat pupus semangatnya, bila Ilham menyerah itu tandanya Ilham tak dapat
lebih dekat dengan Cinta.
“Nattan kalau main bola
ada temannya itu justru lebih seru, gimana Nattan mau main bolanya ditemani
sama kak Ilham ?” ujar Ilham dengan memberikan sebuah senyum manis agar Nattan
bersedia ditemaninya bermain bola. Lihatlah Nattan, laki-laki kecil ini tengah
berfikir menerima atau menolak tawaran dari Ilham.
“Nattan mau kak” ujar
Nattan dengan semangat.
“Tapi...” Belum selesai
Cinta melanjutkan ucapannya dua laki-laki tampan itu sudah berlari sembari
memainkan bola yang sengaja memang Ia dan Nattan bawa dari rumah. Gadis cantik
ini hanya mampu melihat adiknya bermain bola bersama dengan lelaki yang baru
mereka kenal, awalnya Cinta takut bila Ilham adalah orang jahat yang mungkin
akan menculik Nattan, namun pemikiran Cinta salah karena Ilham justru mampu
membuat Nattan tersenyum.
“Dia berbeda” ujar Cinta.
Setelah puas bermain bola
Nattan dan Ilham menghampiri Cinta yang menunggu mereka disebuah warung kecil
yang terletak disekitar pantai, dua laki-laki tampan ini terlihat begitu
kelelahan dan merasa dahaga. Nattan pun meminum kelapa muda yang terletak dihadapan
Cinta, dan menyandarkan tubuhnya dengan manja pada bahu Cinta, dengan penuh
kasih sayang Cinta membelai puncak kepala Nattan. Mereka terlihat begitu dekat
dan itu membuat Ilham merasa cemburu karena dirinya tak pernah sedekat itu
dengan Reza, yang ada setiap mereka bertemu hanyalah keributan atau saling
diam.
“Kalian dekat banget ya”
ujar Ilham memecahkan keheningan diantara mereka.
“Wajarlah karena kita
sering menghabiskan waktu berdua baik itu dirumah maupun diluar rumah, kita
juga harus menjaga karena Aku hanya punya Nattan dan Nattan hanya punya Aku”
ujar Cinta.
“Memangnya orang tua
kalian kemana ?” tanya Ilham.
“Dua tahun yang lalu mama
dan papa ninggalin kita kesurga” jawab Nattan dengan polosnya dan itu membuat
Cinta tersenyum, Nattan memang tau bila orang tuanya pergi kesurga dan suatu
saat akan pulang kembali kerumah mereka, karena itulah pemahaman yang diberikan
Cinta kepada adik kecilnya yang tak mungkin akan mengerti bila Cinta
menceritakan yang sebenarnya. Nattan kembali asyik menikmati kelapa muda
dihadapannya yang akan mubazir bila Ia acuhkan.
“Satu tahun yang lalu
mama dan papa mengalami kecelakaan dan sejak saat itu Nattan hanya tau bila
mama dan papa pergi kesuatu tempat yaitu surga dan suatu saat mereka akan
kembali lagi bertemu dengan kita, mungkin yang ada kita yang akan menghampiri
mama dan papa disurga sana” setetes air mata terjatuh dari pelupuk mata Cinta,
dalam sehari ini Ilham sudah melihat dua gadis menitihkan air mata dihadapannya
namun gadis kedua ini berhasil membuat hati Ilham tersentuh.
“Maaf Aku gak tau bila
kejadiannya seperti ini” sesal Ilham.
“Santai saja Ham” ujar
Cinta dengan senyum tipis dibibirnya dan itu semakin membuat Ilham jatuh hati
dengan gadis dihadapannya ini.
“Makasih ya Ham, karena
Kamu adik Aku bisa senyum seperti dulu. Saat Nattan lagi main sama Aku aja gak
bisa senyum selepas saat sama Kamu, yang ada kalau lagi main sama Aku itu dia
suka tanya kapan mama dan papa bisa main-main lagi sama kita dan Aku bingung
harus jawab apa” ujarnya. Ilham sedikit demi sedikit dapat memahami bagaimana
kehidupan Cinta sesungguhnya, dibalik wajah cantik Cinta tersimpan sejuta
permasalah hidup yang sulit. Hidup berdua dengan adik kecilnya dan harus
menghadapi keinginan adiknya yang selalu ingin bertemu orang tua mereka yang
telah pergi, tak mungkin Cinta bisa mengabulkan keinginan adiknya kecuali bila
adiknya yang harus menyusul kedua orang tuanya dan itu tak mungkin bisa Cinta
biarkan, karena hanya Nattan orang yang Ia miliki dunia ini.
“Nattan mau gak bertemu
dengan mama dan papa” penuturan Ilham ini membuat Cinta membolakan kedua bola
matanya sedangkan laki-laki kecil itu menganggukan senyum dengan semangat.
“Kalau Nattan mau bertemu
mama sama papa, Nattan gak boleh terus tanya sama kakak kapan mama dan papa
pulang, nanti kak Cinta pasti sedih karena kak Cinta belum dikasih tau sama
Tuhan kapan mama dan papa Nattan pulang. Nattan itu harus berdoa sama Tuhan
supaya papa dan mama bahagia disurga sana, nanti suatu saat Nattan akan
mengerti apa itu surga dan Nattan akan dipertemukan sama mama dan papa oleh
Tuhan tapi bukan sekarang melainkan saat Nattan sudah dewasa. Pokonya intinya
Nattan harus banyak doa sama Tuhan” tutur Ilham.
“Jadi Nattan harus doa
apa sama Tuhan ?” tanya laki-laki kecil ini dengan gemasnya membuat Cinta dan
Ilham tersenyum.
“Doa supaya mama dan papa
bahagia disurga dan doa supaya kak Cinta dan Nattan selalu bahagia juga. Nattan
mau janji sama kak Ilham buat kak Cinta selalu tersenyum” ujar Ilham. Lihatlah
Cinta, gadis ini tersimpu malu akan penuturan Ilham yang terakhir.
“Nattan janji akan buat
kak Cinta selalu tersenyum dan selalu doain mama dan papa” ujar Nattan. Cinta
memeluk adik kecilnya, meski itu hanya janji seorang anak kecil namun Cinta
berusaha untuk percaya pada Nattan. Cinta amat berharap bila janji Nattan
benar-benar ditepati, agar dirinya tak perlu mencari jawaban adiknya selama ini
tentang mama dan papa mereka.
“Makasih” ujar Cinta dan
mendapat balasan senyuman dari Ilham. Ilham merasa senang dapat membuat gadis
yang dicintainya tersenyum, setidaknya apa yang dilakukannya tadi dapat membuat
Nattan tak menambah beban permasalahan hidup Cinta, sejak saat ini pula Ilham
berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga Cinta dan juga Nattan karena mereka
berdua Ilham belajar banyak akan arti kebersamaan.
Mereka pun menghabiskan
waktu bersama dipantai ini dari sore hari hingga malam, segala macam aktivitas
mereka lakukan dengan menghasilkan senyum yang pernah lepas dari bibir mereka
saat beraktivitas bersama, dan ini membuat mereka merasa bahagia. Hingga malam
tiba dan membuat mereka harus meninggalkan pantai dan kembali ketempat tinggal
mereka. Ilham menawarkan mengantarkan Cinta dan Nattan pulang namun Cinta
dengan lembut menolaknya karena tak mau merepotkan Ilham untuk yang kesekian
kali dihari.
Ilham terus tersenyum
mengingat kejadian dipantai hari ini, banyak hal yang dilakukannya bersama
gadis yang dicintai sejak pandangan pertama, meski mereka (Ilham dan Cinta) tak
menghabiskan waktu berdua namun itu tak mengurangi rasa bahagia Ilham karena
keberadaan Nattan menambah rasa bahagia itu. Ilham menempel foto Cinta yang
sudah dicetak pada sebuah styrofoam yang menempel pada dinding kamarnya, disana
sudah ada beberapa lembar foto gadis yang tertempel, gadis-gadis tersebut
merupakan mantan kekasih Ilham dan satu lembar foto yang baru tertempel
merupakan gadis yang harus didapatkan cintanya oleh Ilham.
“Ini gadis yang
kesembilan belas, dan Dia gadis yang berbeda dengan gadis-gadis sebelumnya.
Semoga perasaan Ku ini tak bertepuk sebelah tangan dan kini saatnya Mengejar
Cinta ke-19” ujar Ilham. Cinta adalah gadis kesembilan belas yang
berhasil memikat hati seorang Ilham Fauzie, Ilham menilai bila Cinta berbeda
dengan gadis yang dikenal atau bahkan mantan kekasihnya terdahulu, dengan
sebuah keyakinan ilham bertekat Mengejar Cintanya ke-19 ini.
***
Laki-laki tampan ini
masih meringkuk dibalik selimut tebalnya, kota Bandung tengah diguyur hujan
hingga membuat pagi ini terasa begitu dingin. Ilham masih bersyukur karena hari
ini Ia tak ada jam kuliah pagi melainkan Ia ada kuliah disiang hari. Dengan
rasa malas Ilham meraih ponselnya yang berdering, seketika senyum merekah
dibibir pria ini saat menatap layar ponselnya, sebuah pesan Ia dapatkan dari
seorang gadis yang tengah menjalin pendekatan dengannya, pesan singkat dari
gadis tersebut memberikan semangat positif untuk Ilham. Laki-laki tampan ini
menatap layar ponselnya dengan sebuah senyum terus merekah dibibirnya, namun
senyum itu luntur ketika sang mama mengetuk pintu kamarnya berulang kali, Ilham
pun beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamarnya.
“Mama ini kenapa
pagi-pagi udah gedor-gedor pintu Ilham ?, mama lupa kalau hari ini Ilham gak
ada kuliah pagi” kesalnya.
“Bukan itu Ham, tadi
abang Kamu minta tolong buat anterin bukunya yang ketinggalan kekampus. Kamu
bisakan antarkan buku ini kekampus” sebuah buku tebal terpampang didepan wajah
Ilham, sungguh Ilham malas harus mengantar buku tebal milik abangnya, lagian
juga diluar sana masih diguyur hujan meski hanya rintikan saja.
“Mah... suruh aja Reza buat
pulang ambil bukunya yang tebal ini, lagian Ilham itu masih mau istirahat. Mama
juga tau kan kalau semalam itu Aku tidurnya tengah malam karena nyelesaiin
tugas, mama ga kasihan apa sama Ilham ?” ujar Ilham dengan tampang memelasnya
agar sang mama mengurungkan niatnya yang meminta dirinya mengantarkan buku
tebal milik abangnya.
“Iya mama tau Kamu
semalam tidurnya tengah malam, apalagi ngerjain tugas ini semakin menambah
beban Kamu. Terus kalau bukan Kamu yang nganter siapa lagi coba ? ya udah kalau
Kamu gak mau biar mama yang berangkat naik taksi” ujar sang mama.
“Duh... jangan mah, biar
Ilham aja yang anter buku milik bang Eja” ujar Ilham sembari meraih dan
mengambil alih buku tebal yang tengah dibawa sang mama.
“Kamu sekarang banyak
berubah ya Ham, mama lebih suka Kamu sekarang yang menuruti apa kata mama dan
papa, Kamu sekarang juga kalau dirumah jarang banget main PS malahan Kamu lebih
sering belajar, ini baru Ilham anak mama” ujar tante Vina selaku wanita yang
telah melahirkan Ilham dan Reza. Ini sebuah keajaiban, biasanya sang mama yang
selalu mengeluarkan nasehatnya agar Ilham berubah namun kini justru memuji anak
bungsunya itu.
“Mama bisa saja” ujar
Ilham dengan malu-malu. Memang benar kini Ilham seolah berubah kearah yang
lebih baik sejak mengenal Cinta, banyak hal positif yang diajarkan oleh Cinta
pada Ilham. Ilham dulu yang suka mencari ribut dengan orang sekitarnya kini
berubah sifatnya menjadi sosok yang pendiam dan berbuat bila memang dibutuhkan,
Ilham yang dulu lebih banyak bermain kini lebih mendahulukan pendidikannya,
banyak terjadi perubahan yang terjadi pada Ilham hingga membuat orang disekitar
merasa bahagia,
“Mama pengen tau siapa
yang bisa buat anak mama berubah seperti ini ?” goda tante Vina hingga membuat
Ilham kembali tersipu malu.
“Kalau gadis itu sudah
menjadi kekasih Ilham, pasti nanti Ilham akan kenalin gadis itu sama mama”
ujarnya.
“Oh... jadi orang yang
buat anak mama berubah ini seorang gadis, buruan dilamar biar mama bisa segera
punya cucu” goda tante Vani lagi.
“Mama ini masih kecil
juga anaknya disuruh nikah” ujar Ilham dengan menggelengkan kepala dan senyum
tak lepas dari bibirnya.
“Ya sudah, yang
terpenting gadis itu baik dan mama pasti akan merestui hubungan kalian. Ga usah
lama-lama pendekatannya, buruan jadiin pacar sebelum gadis itu menjadi milik
orang lain. Mama mendukung Kamu sayang” ujar tante Vina lalu beranjak pergi
meninggalkan Ilham. Laki-laki tampan ini bersyukur sudah mendapat restu dari
sang mama untuk menjalin kasih dengan Cinta, kini menunggu waktu yang tepat
bagi Ilham untuk mengungkapkan perasaannya pada Cinta dan berharap bila
perasaannya tak bertepuk sebelah tangan, semoga.
***
Kaki lelaki tampan ini
melangkah dengan ringan menyusuri koridor kampus tempatnya mencari ilmu,
tujuannya utama bukan menuju kelasnya dihari ini melainkan menuju tempat dimana
kakaknya berada kini. Kaki Ilham terus melangkah menuju taman kampus disana
kakaknya berada, matanya menyusuri setiap detail taman kampus yang bisa
dibilang cukup luas ini, dilihatnya seorang pria tak asing tengah duduk dibawah
sebuah pohon rindang bersama seorang gadis. Gadis itu sepertinya sudah tak
asing lagi dipenglihatan Ilham, saat Ilham melangkah mendekat kearah mereka
namun gadis cantik itu sudah berlalu pergi, namun itu tak mengurungkan niatnya
untuk menghampiri Reza.
“Bang ini buku yang Loe
minta” ujar Ilham sembari memberikan buku tebal yang dibawa pada Reza.
“Makasih ya Ham” ujar
Reza.
“Cewek tadi yang duduk
disamping Loe siapa ?” tanya Ilham.
“Oh... dia junior
dijurusan Gue dan dia juga cewek inceran Gue setahun lebih ini, doain ya semoga
Gue bisa jadiin dia kakak ipar Loe” jawaban Reza membuat Ilham cukup terkejut,
jadi gadis tadi merupakan gadis yang dicintai oleh sang kakak, bahkan Reza
sudah saling mengenal cukup lama jauh sebelum Ilham mengenal Cinta. Apa
lagi-lagi Ilham harus merelakan gadis yang dicintainya kepada Reza, bila Ilham
membiarkan Cinta menjalin kasih dengan Reza itu tandanya ketiga kalinya Ilham
kalah dengan Reza dalam hal asmara, dan kini Ilham sudah berfikir tak akan
membiarkan hal itu terjadi, bila Ilham berhasil mendapatkan Cinta itu tandanya
Reza dapat merasakan apa yang dulu Ia rasakan.
“Za, andai kalau Gue
rebut cewek inceran orang gimana ?” tanya Ilham dengan mencoba meredamkan
amarahnya.
“Sah sah aja, lagian baru
inceran juga belum tentu jadi pacarnya. Yang udah pacaran bahkan udah nikan aja
bisa direbut asalkan cowok sama ceweknya saling suka, bukan karena alasan lain”
tutur Ilham.
“Makasih atas sarannya,
Loe memang abang Gue yang paling baik” ujar Ilham dengan senyum yang mengembang
dibibirnya, setidaknya penuturan Reza memberikan restu pada dirinya untuk
merebut Cinta dari Reza.
“Memang Loe mau rebut
inceran siapa ?” tanya Reza.
“Suatu saat Loe akan tau
dan dia akan rasain apa yang dulu pernah Gue rasain. Gue cabut bang karena udah
ditunggu sama anam-anak buat ngerjain tugas kelompok” ujar Ilham dan berlalu
pergi meninggalan Reza yang masih diselimuti rasa penasaran akan pertanyaannya,
namun Reza berharap kalau yang dimaksud oleh Ilham adalah orang disekitarnya
atau termaksud dirinya, akan tetapi mungkin bukan Reza karena Reza tak pernah
merasa merebut gadis yang diincar oleh Ilham, itu hanya Reza yang merasakan
namun amat berbanding dengan yang dirasa Ilham.
***
Sebuah rencana telah
disusun oleh Ilham secara rapi untuk melancarkan tujuannya malam ini, hingga
melibatkan seorang anak kecil. Kini laki-laki ini sudah terlihat rapi dengan
kaos berwarna hitam dilapisi dengan blezer biru tua beserta dengan celana dan
sepatu berwarna hitam, dengan langkah pasti Ilham melangkah menuruni anak
tangga rumahnya, diruang keluarga sudah berkumpul orang tua beserta sang kakak
yang tengah bercengkrama. Ilham datang menghampiri mereka untuk berpamitan atau
tidak meminta doa restu agar tujuannya hari ini dapat tercapai dengan baik.
“Anak mama mau kemana kok
rapi banget ?” tanya sang mama.
“Mau nembak calon menantu
mama, doain ya supaya dia mau jadi pacar Ilham” jawab Ilham dan meminta doa
kepada orang tuanya.
“Mama sama papa dan abang
Kamu bakal doain yang terbaik buat Kamu” ujar tante Vina.
“Tapi tetap ingat jangan
pulang tengah malam dan jangan macam-macam dengan anak gadis orang” pesan sang
papa.
“Kalian tenang saja Aku
gak akan macam-macam paling juga tiga macam hehehe...”
“Gak kok kalau Ilham sama
gadis itu mana mungkin Ilham berani macam-macam sama dia” lanjut Ilham.
“Ya sudah berangkat sana
takut gadisnya kabur karena nungguin Loe lama-lama” ujar Reza.
“Ilham pergi” laki-laki
tampan ini beranjak keluar rumah menuju mobilnya yang baru Ia dapat beberapa
hari yang lalu dari sang ayah, sang ayah memberikan mobil ini sebagai sebuah
karena perubahan pada diri Ilham beberapa minggu ini. Benda besi bergerak ini
membawa Ilham menuju rumah gadis yang mungkin beberapa menit lagi menjadi
kekasihnya, sesampainya disana seorang laki-laki kecil dan perempuan paruh baya
datang menghampirinya.
“Nattan harus ngapain kak
sekarang?” tanya bocah lelaki ini yang ternyata adalah Nattan.
“Hem... Nattan cari
tempat sembunyi ditaman belakang ditemani sama bi Inah, nanti kalau kak Ilham
sama kak Cinta udah sampai ditaman belakang dan panggil-panggil nama Nattan
barulah Nattan keluar lalu kasih bunga ini sama kak Cinta, setelah itu bi Inah
tau kan apa yang harus dilakuin ?” jelas Ilham.
“Saya mengerti den” jawab
bi Inah.
“Sekarang Nattan sembunyi
sana, sebentar lagi kak Cinta pasti udah teriak-teriak cariin Nattan” titah
Ilham dan Nattan mengacungkan kedua jempol tangannya lalu berlalu bersama bi
Indah, tak berselang lama apa yang Ilham kata-kan pada Nattan benar-benar
terjadi, seorang gadis cantik dengan langkah tergesah-gesah datang
menghampirinya.
“Ham, Nattan hilang” ujar
gadis cantik ini.
“Mana mungkin Nattan bisa
hilang sedangkan Kamu kan dirumah sama Dia” ujar Ilham.
“Tadi itu Nattan minta
ambilin minum terus saat Aku balik Dia udah gak ada Ham”
“Kamu udah cari didalam
rumah ?” tanya Ilham.
“Udah Ham, disemua sudut
ruangan dirumah ini udah Aku cari tapi Nattan gak ada. Aku takut terjadi
sesuatu sama Nattan Hiks, Nattan dimana Kamu hiks hiks hiks” Cinta berhambur
memeluk Ilham dan air mata itu kini kembali menetes, membuat Ilham merasa
bersalah telah membuat air mata Cinta menetes, padahal sejak hari itu Ilham
sudah berjanji akan membuat Cinta merasa bahagia. Ilham mendekap Cinta dengan
hangat berharap agar Cinta tenang dan tak membuat Ilham terjebak rasa bersalah.
“Kita cari Nattan sampai
ketemu dan Aku mohon sama Kamu jangan nangis, karena setetes air mata Kamu itu
kesakitan buat, jadi Aku mohon Kamu bersedia janji sama Aku tak akan menangis
kembali” ujar Ilham. Ilham melepas pelukannya dan menghapus air mata Cinta yang
menetes, dalam hati Ilham mengutuk dirinya sendiri telah membuat Cinta
menangis. Melihat air mata Cinta membuat Ilham lupa akan niatnya untuk membalas
dendamnya pada Reza melalui Cinta namun Ilham kini tak tegah untuk melakukan
semua itu, melihat air mata Cinta membuatnya semakin bertekad untuk menjaga dan
membuat Cinta selalu tersenyum bukan membuatnya kembali menangis akan ulahnya.
“Sekarang kita cari
Nattan disekitar sini saja mungkin Nattan lagi main-main. Kamu udah cari dia
ketaman belakang ? mungkin saja dia ada disana” tanpa mendengar persetujuan
dari Cinta, Ilham membawa gadis cantik ini menuju taman belakang, taman ini
begitu gelap membuat Cinta merasakan takut.
“Nattan... Nattan...
Nattan...” teriak Ilham dan seorang bocah kecil berdiri dihadapan mereka, itu
membuat Cinta semakin ketakutan karena Cinta tak dapat melihat dengan jelas
wajah bocah kecil tersebut.
“Aku takut” Cinta
merangkul denga kuat lengan Ilham dan menyembunyikan wajahnya disana, seketika
taman belakang ini terang disinari oleh sinar lampu. Cinta masih saja
menyembunyikan wajahnya dilengan Ilham dan mengungkap rasa takutnya.
“Ham mendingan kita cari
Nattan ditempat lain, mana mungkin Nattan berani ada ditempat gelap ini”
ujarnya membuat Ilham dan Nattan terkekeh geli, mendengar suara Nattan membuat
Cinta memberanikan diri untuk menatap apa yang ada dihadapannya, Cinta terkejut
dengan apa yang dilihatnya, Cinta segera beranjak dan memeluk adik kecil namun
sayang Nattan menghindar.
“Kak Cinta boleh peluk
Nattan asalkan kakak terima bunga ini” ujar Natta sembari menunjukkan setangkai
bunga yang dibawa-nya.
“Bunga dari Nattan ?”
tanya Cinta.
“Bukan, bunga itu dari
Aku buat Kamu. Bunga itu bisa Kamu ambil dari Nattan kalau Kamu mau jadi pacar
Aku lalu menciumnya dan bila Kamu menolak ambil bunga itu lalu buang, Aku
berharap Kamu ambil bunga itu dan menciumnya” tutur Ilham.
“Kenapa harus ngelibatin
Nattan coba ? dia masih anak kecil gak baik mengerti masalah seperti ini” kesal
Cinta.
“Kak Cinta gak boleh
marah-marah sama kak Ilham, sekarang yang harus kakak lakuin itu ambil bunga
ini dan cium, karena Aku mau kakak Ilham jadi kakak Aku juga” ujar Nattan.
Cinta menatap Ilham dan Nattan secara bergantian, kini pandangan matanya tak
lepas dari setangkai mawar merah yang tengah dipegang oleh Nattan. Cinta kini
dibuat bimbang dengan persaannya sendiri, namun Cinta tak dapat membohongi bila
hatinya sudah dimiliki oleh seorang lelaki hampir sepenuhnya. Cinta mulai
meraih setangkai mawar merah tersebut. Lihatlah Ilham, perasaan laki-laki ini
semakin tak menentu ketika Cinta meraih setangkai mawar merah tersebut, Ilham
takut bila Cinta akan membuat mawar tersebut, dan bayangan Ilham mungkin akan
terjadi saat tangan kanan Cinta mulai terangkat lalu siap membuang setangkai
mawar tersebut, Ilham memejamkan mata karena tak mau melihat hal itu terjadi,
biarlah Ia sakit namun tak sesakit saat Cinta membuang mawar tersebut.
“Kak...” ujar Nattan
seolah melarang sang kakak membuang setangkai mawar merah tersebut, namun
pemikiran Ilham dan Nattan itu salah, ternyata Cinta tak membuang setangkai
mawar tersebut melainkan mencium mawar tersebut, Ilham yang sudah membuka
kelopak matanya cukup terkejut dengan apa yang dilihat, lihatlah Nattan
bersorak riah seperti Ia tau rasa bahagia yang dirasakan oleh Ilham dan bahkan
Cinta, tak lama kemudian bi Inah datang membawa 18 tangkai bunga mawar merah
melengkapi setangkai bunga sebelumnya. Ilham memberikan 19 tangkai mawar merah,
entah apa maksudnya biarlah Ilham yang mengetahui.
Mulai terdengar suara
petasan dan itu membuat Nattan, Ilham dan Cinta menatap keawan hitam diatas
sana, terdengar beberapa bunyi petasan yang justru membuat Nattan merasa
senang. Cinta kembali dapat melihat betapa bahagianya Nattan ketika berada
didekat Ilham, keputusannya menerima bukanlah kesalahan melainkan sebuah
kebenaran, keberadaan Ilham bukan hanya membuat Nattan merasa bahagia namun
juga Cinta. Malam ini bukan hanya malam kebahagiaan untuk sepasang kekasih baru
ini tapi juga untuk Nattan, mereka menghabiskan malam ini dengan bermain
bersama dan menyalakan petasan yang beberapa saat lalu dibeli oleh, tanpa
mereka ketahui seorang pria menyaksikan apa terjadi ditaman belakang rumah
Cinta ini sudah cukup lama, pria ini mengepalkan tangannya merasa kesal akan
apa yang dilihatnya, tak ingin amarahnya meluap pria ini berajak meninggalkan
tempatnya berada.
***
Pagi ini Ilham terlihat
begitu semangat untuk menjalani waktu kedepan, kakinya melangkah dengan pasti
beranjak keluar kamar, seorang pria tampan telah berdiri didepan pintu kamarnya
dan itu membuat Ilham terkejut, alis mata Ilham menaut karena merasa aneh
dengan tatapan yang didapatkan dari Reza, tatapan Reza seolah penuh amarah dan
siap menerkamnya begitu saja, membayangkan itu membuat Ilham merasa ngeri.
“Gue beri peringatan sama
Loe, jangan pernah main-main” Ilham dibuat bingung dengan penuturan Reza, Ia
merasa tak pernah main-main bersama dengan Reza, karena sekarang Ilham sadar
bila menjadi orang yang dipermainkan amatlah sakit, tapi entahlah apa yang
dimaksud oleh Reza.
“Maksud Loe apa coba bang
?” tanya Ilham.
“Gue pastiin semua akan
selesai karena Gue gak akan pernah biarin niat jahat Loe” Reza beranjak pergi
meninggalkan Ilham yang masih tak memahami dengan penuturan Reza yang
mengancam, Ia masih tak merasa membuat kesalah sehingga membuat kakaknya
murkah. Ilham tak mau terlalu ambil pusing mungkin saja kakaknya itu tengah
mengalami gejala keanehan yang menyerang tiba-tiba, yang pasti kini Ilham sudah
tak sabar untuk sampai dikampus, menyelesaikan jam-jam kuliah yang harus
dijalani hari ini dan setelah itu Ia dapat menghabiskan waktunya bersama dengan
kekasih barunya.
***
Gadis ini dibuat tak
percaya dengan penuturan seorang laki-laki dihadapannya, mana mungkin laki-laki
yang amat Ia cintai bisa berbuat setega itu pada dirinya, sedangkan laki-laki
itu telah berjanji akan membuatnya selalu bahagia, namun Cinta juga amat
mempercayai perkataan Reza karena Cinta tau benar bagaimana Reza sedangkan kini
Cinta pula tau bila Reza adalah kakak kandung dari Reza.
“Kalau Kamu memang gak
percaya sama kakak lebih baik Kamu tanya sendiri pada Ilham, kakak hanya gak
mau Kamu disakiti Ilham karena sebenarnya.... sudahlah yang terpenting Kamu tau
sebenarnya” ujar Reza.
“Aku...” Cinta.
“Kakak tau Kamu pasti
sama sekali gak akan percaya dengan apa yang telah kakak bilang, coba Kamu cari
tau dahulu kebenarnya. Itu ada Ilham mau kesini, lebih baik kakak pergi dulu
lagian juga kelas udah mau mulai, bye” Reza berlalu pergi hingga bayangannya
tak lagi terlihat dan Ilham datang menghampiri Cinta.
“Udah lama nungguin Aku
?” tanya Ilham.
“Lumayan” jawab singkat
Cinta. Kini mereka tengah berada disebuah cafe yang terletak dibagian ujung universitas,
siang ini cafe terlihat tak begitu ramai mungkin karena banyak mahasiswa yang
masih ada kelas. Ilham dan Cinta duduk saling berhadapan, tidak ada pembicaraan
diantara mereka, Cinta hanya menundukkan kepala merasa tak mampu untuk menatap
Ilham setelah apa yang didengar dari Reza tentang Ilham yang sesungguhnya.
Sedangkan Ilham dibuat bingung, mengapa tiba-tiba saja Cinta terlihat acuh
padanya.
“Kamu ini kenapa ? ada
masalah ? coba cerita sama Aku” ujar Ilham memecahkan keheningan diantara mereka.
Cinta berusaha menatap Ilham, meyakinkan dirinya sendiri bila yang Reza bilang
merupakan sebuah kebohongan, kini saatnya Cinta harus mengetahui kebenarannya.
“Aku mau Kamu jawab
dengan jujur pertanyaanKu” ujar Cinta.
“Aku akan selalu bersedia
menjawab pertanyaanKu dengan jawaban yang paling jujur” Ilham tersenyum begitu
manis namun itu semakin membuat Cinta merasa sakit karena senyum Ilham baginya
sebagian kecil kebohongan yang disimpan oleh Ilham.
“Apa Kamu menjadikan Aku
sebagai perantara agar dendam Kamu dapat terbalas ?” tanya Cinta dengan menatap
lekat kedua bola mata Ilham, berharap Cinta dapat menemukan jawaban yang
sejujurnya.
“Kamu... Kamu bicara apa
?” tanya Ilham. Laki-laki ini mulai merasa resah dengan pertanyaan yang
terlontar dari bibir Cinta, dari mana Cinta dapat mengetahui apa yang dulu pernah
Ilham rencanakan ?, Ilham mulai teringat akan sosok Reza dan Ilham begitu yakin
bila Cinta mengetahui ini semua dari Reza, namun Ilham tak mungkin menyalahkan
Reza karena semua ini salahnya yang tak pantas Ia menyalahkan orang lain.
“Dengan Kamu diam Aku
sudah tau jawabannya, selama ini Kamu hanya mempermaikan Ku saja, perasaan
tulusKu terbalas dengan rasa sakit. Cukup sampai disini dan Aku mohon jangan
pernah Kamu terlihat dihadapan Ku dan Nattan, karena dengan melihat Kamu
semakin membuat luka dihati ini amat sakit” Cinta hendak beranjak dari
duduknya, dengan sigap Ilham meraih pergelangan tangan Cinta hingga
menghentikan gadis yang telah disakitinya itu melangkah.
“Aku akan jelaskan
semuanya, itu tak seperti apa yang ada dalam fikiran Kamu” dengan kasar Cinta
melepas tangan kanan Ilham yang mencengkram pergelangan tangannya.
“Menurut Aku sudah tak
ada yang perlu dijelaskan, karena bagi Aku penjelasan dari Kamu itu sebuah
kebohongan, karena seorang yang berbohong sekali akan melakukan kebohongan yang
lebih besar untuk menutupi kebohongan yang sebelumnya” Cinta.
“Setidaknya kini Aku tak
menangis karena Aku masih teringat janji kepadaMu tak akan menangis, meski Kamu
hanya manusia yang penuh denga kebohongan, akan tetapi setidaknya Aku tak akan
mengingkari janji Ku, berbanding terbalik dengan banyak janji yang kamu ucapkan
tapi semua hanya kebohongan” lanjutnya. Cinta berlalu pergi meninggalkan Ilham,
sedangkan Ilham terpaku dengan semua penuturan Cinta, itu semua mungkin benar
tetapi ada suatu hal yang tak dapat diingkari bila rasa itu seutuhnya ada untuk
Cinta bukan hanya sebuah permainan saja. Ilham dibuat sengsara dengan sebuah
hal yang hanya sebuah rencana yang batal untuk terlaksana, tetapi akibatnya
membuat semuanya hancur.
***
Sejak kejadian itu pula
Ilham tak dapat bertemu dengan Cinta, bukan hanya Cinta yang dirindukan oleh
Ilham melainkan sosok bocah kecil bernama Nattan juga. Cinta seolah menghilang
sejak kejadian tersebut atau hanya saja Cinta menjauh dari Ilham dan tak
memungkinkan Ilham dapat bertemu dengan Cinta. Berulang kali Ilham datang
menghampiri rumah Cinta namun jawabannya selalu sama bila Cinta tak ada dirumah,
kampus pun tak luput dari sebagian tempat Ilham mencari keberadaan Cinta. Ilham
mulai menyerah dengan keadaan ini, sudah pupus harapannya untuk bertemu dengan
Cinta untuk menjelaskan semua kesalahan ini. Sejak kejadian itu pula Ilham
menjadi sosok pria yang begitu pendiam, bicara hanya seperlunya saja. Reza yang
menyadari perubahan Ilham mulai merasa bersalah, kesalahan yang dilakukan Ilham
bukan sepenuhnya salah Ilham melainkan Reza juga penyebabnya.
“Loe sampai kapan mau
gini terus ? ini bukan Ilham yang Gue kenal. Mana pernah seorang Ilham Fazie
patah hati gara-gara cewek, yang ada cewek nangis darah karena Loe putusin”
ujar Reza.
“Ini karma buat Gue kali
bang, dulu Gue selalu putusin cewek begitu aja karena alasan yang sepele.
Banyak cewek yang nangis karena Gue dan kini saatnya semua terbalik, Gue
dibikin nangis sama cewek. Kadang Gue mikir kalau ini konyol dan ini bukan Gue
yang sesungguhnya, tapi rasa itu gak bisa bohong kalau Gue bener-bener cinta
mati pada Cinta” ujar Ilham.
“Kalau Loe bener-bener
cinta mati sama Cinta, Loe harus kejar kali. Mengejar Cinta ke-19 hahaha”
Reza.
“Dari mana Loe tau
tentang Mengejar Cinta ke-19 gak usah jadi orang yang sok tau Loe bang”
“Gue bukan sok tau ya
Ham, Gue lihat itu foto mantan-mantan Loe dan diurutan ke sembilan belas itu
ada foto Cinta dan Loe masih suka sama Cinta bukan ?, itu tandanya Loe harus
berjuang Mengejar Cinta dan dia gadis ke-19 yang Loe jadiin
pacar” jelas Reza.
“Loe rela kalau Cinta
buat Gue ?” tanya Ilham.
“Loe udah hampir sebulan
ini nutup diri sampai-sampai Loe gak tau kalau abang Loe paling ganteng ini
udah punya pacar, Gue sadar kalau rasa Gue sama Cinta itu hanya sebatas rasa
sayang kakaknya ke adiknya. Sekarang Loe harus perjuangin cinta Loe itu, Gue
dukung” tutur Reza sembari memberikan semangat kepada adiknya.
“Gue aja gak tau Cinta
ada dimana, mana mungkin Gue bisa perjuangin perasaan Gue ini bang. Mungkin
udah saatnya Gue memulai suatu yang baru tanpa Cinta dan Nattan, biarlah mereka
menjadi kenangan manis dimasa lalu” Ilham sudah berputus asa Mengejar Cinta ke-19 nya dan mulai
merelakan semua yang terjadi kini, ini adalah takdir yang harus diterima. Ilham
terus berharap suatu saat dapat bertemu kembali dengan Cinta meski hanya
sekedar untuk mengucapkan kata maaf dan bila Cinta bahagian dengan orang lain
Ilham akan merelakan, asalkan Cinta bahagia.
“Cinta yang akan
mempertemukan kalian” ujar Reza dan beranjak pergi meninggalkan kamar Ilham.
Kini hanya ada Ilham sendiri diruang kamar bernuansa hijau ini, senyum tipis
merekah dibibirnya, setidaknya merelakan semua yang terjadi dapat membuat
perasaannya merasa lega.
Telinga Ilham mulai
terganggu dengan suara berisik diluar sana, laki-laki ini ingin mengetahui apa
yang menyebabkan keberisikan tersebut. Dengan rasa penasaran Ilham mulai
membuka pintu utama rumahnya dan Ia mendapatkan sebuah kejutan dari orang-orang
terkasihnya, dihadapannya sudah ada Nattan dan mungkin disini pula ada Cinta
namun gadis itu tak terlihat, setidaknya Ilham cukup merasa bahagia karena
dapat bertemu dengan Nattan.
“Happy Birthday to You...
Happy Birthday to You...“ suara ini sudah tak asing lagi bagi Ilham, terlihat
Ilham begitu bahagia dengan kehadiran gadis cantik ini, ini seolah mimpi bila
Cinta datang disaat ulang tahunnya ke-19. Ilham masih tak percaya dengan
keberadaan Cinta dan menganggap ini semua hanya mimpi, tetapi bila ini mimpi
Ilham tak ingin terbangun. Namun Cinta menyadarkan bahwa ini sebuah kenyataan
bukanlah mimpi, penuturan Cinta membuat Ilham tersadar lalu segera berhambur
memeluk Cinta namun terhalang Nattan yang berdiri didepan Cinta.
“Kak Ilham gak boleh
peluk-peluk kakak Aku, sebelum tiup lilin dan beri Aku potongan kue ulang tahun
yang dibawa sama kak Cinta” ujar Nattan dengan polosnya sehingga membuat semua
orang tertawa dibuatnya. Ilham pun melakukan apa yang diinginkan oleh Nattan,
sebelum meniup lilin Ilham mengucapkan sebuah harapan diusianya yang ke-19 ini.
“Semoga SMASH selalu jadi yang nomor satu dihati para SMASHBLAST, dan
semua doa kalian diusia Ku yang ke sembilan belas tahun ini dapat terkabul”
ujar Ilham.
“Aminnn.....” kita semua.
Hari ini Ilham merayakan
ulang tahun ke-19 dengan penuh suka cita, dihari ini semua orang yang tersayang
berada disamping memberikan sebuah ucapan syukur atas pertambah usia seorang
Ilham Fauzie, angka 19 bukanlah sebuah angka yang kecil namun bukan angka yang
besar, inilah angka jalan dimana Ilham menuju gerbang kedewasaan. Tanpa sebuah
pesta yang besar tak membuat Ilham berkecil hati karena dengan kehadiran orang
terkasihnya membuat Ilham sudah merasa amat bersyukur apalagi dengan semua yang
telah dicapai.
“Bagaimana Kamu bisa ada
disini ?” tanya Ilham pada Cinta seusai perayaan kecil ulang tahunnya
terlaksana dengan lancar.
“Aku ada disini karena
usaha Kamu Mengejar Cinta ke-19” ujar Cinta.
“Kamu....”
Tamat/The End.