Sabtu, 26 Oktober 2013

Kenangan Kita #Cerpen



Air mata tak selalu menunjukkan kesedihan, terkadang karena kita tertawa bahagia bersama sahabat terbaik kita.

...
Hari ini hari pertama aku memulai kegiatan belajar dengan teman-teman baru ku, kita bertemu tiga hari yang lalu tepat saat masa orientasi siswa atau yang biasa disingkat dengan MOS, pertemuan yang singkat dengan cepat mendekatkan antara kita bertujuh, kalian bisa memanggil ku dengan Lili cukup begitu saja perkenalan kita J.
“pagi cewek manja” sapa ku pada salah satu teman ku yang bernama Siska.
“perasaan gue ya loe juga manja kali, emm... bukan loe aja tapi Okta juga J” ucap teman ku yang bernama Siska.
“kok gue, tapi iya juga benar apa kata loe Sis J” ucap teman ku yang bernama Okta.
“dasar lemot” sindir teman ku yang bernama Laily.
“loe bilang gue lemot, perasaan gue sama loe lebih lemotan loe deh” ucap Okta yang tak terimah kalau dirinya dikatakan lemot oleh Laily.
“apa kata loe” ucap Laily.
“udah jangan ribut kenapa” ucap salah satu teman ku yang paling pendiam diantara kita panggil saja dia Thieya.
“benar apa kata Thieya pengap telinga gue dengerin kalian ribut melulu” ucap ku membenarkan perkataan Thieyah, tiba-tiba saja salah satu teman ku yang lainnya datang dengan suara cemprengnya yang dapat merusak gendang telinga ku beserta teman-teman yang sudah berada didalam kelas.
“hello pagi teman-teman ku yang cantik, tapi kecantikan kalian tak dapat menandingi ku” ucap suara cempreng salah satu teman ku yang baru saja datang dari arah pintu panggil saja dia Dewi.
“berisik” ucap ku beserta teman-teman secara bersamaan.
“santai kali kalau mau minta tanda tangan ngantri kenapa” ucap Dewi percaya diri bak seorang artis yang baru saja naik daun, daun sama orangnya saja besaran orangnya mustahil Dewi dapat naik daun J.
“terlalu waw ya ini anak” ucap Laily.
Aku dan teman-teman ku hanya dapat geleng-geleng kepala saja melihat tingkah Dewi yang menurut kita terlalu berlebihan, namun kelebihannya yang konyol itu dapat membuat kita tertawa, itu alasan kenapa aku bisa nyaman berteman dengan gadis bernama Dewi. Tak lama bel tanda masuk pun berbunyi namun salah satu dari teman ku belum datang, emm mungkin hari ini teman ku yang satu ini tak masuk sekolah.

AUTHOR POV
Bel sekolah tanda kegiatan belajar mengajar telah berbunyi tapi lihatlah darah cantik ini masih berlari dikoridor sekolahnya, matanya membola saat telah sampai didepan kelas ternyata guru yang mengajarnya pada jam pertama sudah berada didalam kelas. Sebuah kode temannya berikan agar darah cantik ini masuk kedalam kelas dengan berjalan mengendap-ngendap, syukurlah akhirnya ia masuk tanpa sepengetahuan guru yang mengajarnya, namun saat ia akan menempati tempat duduk nya “siapa yang izini kamu duduk” ucap guru laki-laki yang mengajar panggil saja pak Miko.
“maaf pak” sesal gadis cantik ini.
“kali ini kamu saya maafkan, nama kamu Icha bukan” ucap pak Miko.
“emm iya pak saya Icha” ucap gadis cantik ini yang ternyata bernama Icha.
“saya peringatkan sama kalian semua jangan ada lagi ada yang telat, saya wali kelas kalian kalau ada masalah apa pun silahkan kalian datang menghampiri saya” ucap pak Miko.
“iya pak” seru semua siswa-siswa.
Kegiatan belajar pun kembali berjalan, sepertinya Lili sangat menikmati kegiatan belajar pagi ini karena Matematika adalah pelajaran kesukaannya, kali ini bukan hanya pelajarannya saja yang Ia suka, namun ketampanan sang pengajar berhasil membuatnya semakin semangat.
“pak Miko itu udah pintar Matematika tampan tegas dan sepertinya orangnya baik” bisik Lili pada Siska.
“iya emang orangnya tampan tapi pelajarannya nyebelin” bisik Siska.
“gak asik kamu” ucap Lili lirih.
Semua siswa-siswa terlihat begitu serius mendengar kan penjelasan dari guru matematika mereka, hingga tak terasa waktu istirrahat pun datang, mendengar bel berbunyi pak Miko segera meninggalkan ruang kelas, semua siswa pun berhamburan keluar tak terkecuali ketujuh darah cantik ini.

...
Kantin sekolah terlihat begitu ramai dengan semua siswa-siswi yang terlihat seperti orang kelaparan, ketujuh darah cantik ini pun bingung mencari tempat duduk, mata Lili melihat tempat duduk yang berada diujung kantin terlihat kosong.
“kita duduk disana aja tempat nya kosong” ucap Lili menunjuk tempat duduk yang kosong.
“kalian berlima kesana biar gue sama Laily yang pesenin makanan” ucap Okta.
Kelima darah cantik yang ditunjuk oleh Okta menganggukan kepala mereka. Sesuai dengan perkataan Okta, dirinya dan Laily yang memesankan makanan, sedangkan lima darah cantik lainnya menuju tempat yang Lili tunjuk.
Saat kelima gadis itu ingin duduk, tiba-tiba saja datang tujuh pria tampan yang terlihat tak suka lima darah cantik ini menempati tempat itu.
“hey anak baru apa kalian gak tau kalau ini tempat gue” ucap salah satu pria yang bernama Bisma.
“udahlah Bis biarin kalau mereka mau duduk disini kita kan bisa gabung” ucap Rafael.
“kita bolehkan duduk disini” ucap Rangga.
“boleh kok lagian ini kan tempat umum” ucap Thieya.
Mereka pun saling berkenalan antara yang satu dengan yang lain, ternyata ketujuh pria tersebut berbeda-beda kelas Rafael, Rangga, Morgan, dan Bisma adalah siswa kelas 12 sedangkan Reza dan Dicky siswa kelas 11 satu lagi Ilham pria ini masih kelas 10 sama dengan Lili dan kawan-kawan.
Dengan mudah ketujuh pria dan wanita ini dengan cepat saling mengenal, Bisma yang awalnya terlihat tak suka dengan wanita-wanita ini mulai menaruh hati pada salah satu gadis itu, bukan hanya Bisma namun teman Bisma yang lainnya pun seperti itu.
Bel tanda masuk pun berbunyi semua siswa dan siswi kembali kekelas mereka masing-masing tak terkecuali Rafael CS dan Lili CS, sebelum berpisah mereka masih menyempat diri untuk saling tukar menukar nomer HandPhone.

...
Gadis cantik ini tengah membuka-buka buku nya, halaman demi halaman ia baca dan ia pahami, mungkin kalau hanya membaca dan memahami tak mudah untuk bisa, tangannya mulai bekerja menggoreskan penanya diatas buku, angka demi angka ia goreskan diatas buku tebal miliknya, yah saat ini ia tengah belajar Matematika. Kegiatannya terusik saat HandPhone miliknya berdering, satu pesan pendek ia dapatkan dari orang yang yang tak ia kenal.

From +6287753373305
Malam J.

“gak jelas banget ini orang ganggu orang belajar aja” ucap Lili,
Gadis ini sama tak menghiraukan atau mencari tau siapa yang mengirim pesan pendek itu, ia kembali lagi dengan kegiatannya mengoreskan penanya diatas buku tebalnya, namun lagi-lagi kegiatannya terusik saat HandPhone nya kembali berdering.

From +6287753373305
Kenapa gak dibalas uhh jahat yah. Emm.... aku Rafael udah lupa sama kakak kelas kamu yang charming ini ya (?). sedih banget kalau kamu lupa sama aku L.

“hah jadi ini Rafael, huah nyesel gue kenapa gak gue bales dari tadi” ucap Lili menyesal saat ia tau siapa yang megirim pesan pendek tersebut, tak mau menunggu lama jari-jari nya bekerja diatas keypad HandPhone miliknya.

To Rafael Tan.
Maaf ya kakak tadi aku belajar jadi gak tau ada pesan dari kakak. Tenang kak adek kelas mu ini gak lupa sama kakak yang charming kok (✿◠‿◠).
                                              
SEND

Tak perlu menunggu lama sebuah pesan balasan gadis cantik ini dapat kan dari Rafael.

From Rafael Tan.
Maaf aku ganggu kamu silahkan lanjut kan belajarnya cantik :*.

“apa Rafael bilang gue cantik tuhan ini gak mimpikan” ucap Lili tak percaya setelah menerimah pesan dari Rafael, senyum pun tak pernah luntur dari bibirnya otaknya pun selalu mengingat pesan dari rafael.

...
Sang raja siang telah menampakkan diri. Gadis cantik ini sudah duduk manis ditempatnya menuntut ilmu, dalam kelas ia hanya sendiri tanpa ada satu orang pun, tangannya sibuk membolak balik halaman buku demi halaman, kegiatannya terusik saat tiba-tiba saja seorang pria datang dan duduk disampingnya.
“kak Bisma bikin aku jantungan tau gak sih” ucap darah cantik ini yang ternyata Thieya.
“maaf ya cantik kalau aku buat jantungan, tapi harus satu yang kamu tau kalau hati aku selalu ingin lompat saat dekat dengan kamu” ucap Bisma.
“pagi-pagi gak usah gombal deh kak” ucap Thieya malu-malu.
“gak gombal tau itu seriusan dari hati kakak” ucap Bisma.
Lihat seorang gadis yang berdiri tepat didepan kelas, kakinya seolah tak dapat bergerak saat mendengar percakapan antara Bisma dan Thieya, air matanya mengalir begitu saja, dadanya terasa sesak saat melihat dan mendengar semua kenyataan ini, apa mungkin gadis cantik ini cemburu melihat kedekatan Bisma bersama dengan Thieya. Tiba-tiba ada seorang pria berbehel datang menghampiri nya.
“loe kenapa Wi pagi-pagi gini udah nangis” ucap pria tersebut yang ternyata adalah Dicky.
“hiks aku gak apa-apa kok kak hiks hiks kakak mau gak ajak aku pergi dari sini” ucap Dewi dengan isak tangisnya. Sesuai dengan permintaan Dewi pria berbehel ini mengajaknya pergi dari depan kelas gadis cantik ini, ternyata Dicky mengajak Dewi ketaman yang letaknya berada dibelakang sekolah.
“kamu kenapa kok bisa nangis (?)” ucap Dicky saat mereka berdua sudah duduk disalah satu kursi yang terletak ditaman ini.
“aku gak apa-apa kok kak L” ucap Dewi.
“kalau kamu nangis makin jelek, jadi jangan nangis lagi ya” ucap Dicky meledek Dewi.
“apaan coba aku dalam keadaan apa pun itu tetap cantik” ucap Dewi yang mulai rasa percaya dirinya terlalu tinggi itu kambuh.
“nah gitu kan makin cantik kalau senyum” ucap Dicky. Perkataan Dicky berhasil membuat pipi Dewi bersemu merah gadis ini dibuat malu dengan perkataan yang terlontar dari mulut Dicky.
“udah gak usah malu-malu juga kali kalau dibilang cantik sama cowok sekeren aku” ucap Dicky yang kembali meledek Dewi dan tak lupa Dicky ikut membanggakan dirinya yang menurutnya itu keren.
“udah kakak itu terlalu percaya diri mending sekarang kita kembali kekelas” ucap Dewi mengalihkan pembicaraan diantara mereka. Tanpa Dewi duga tangan Dicky kini meraih tangannya, selama perjalanan menuju kelas Dewi tangan Dicky tak pernah lepas dari tangan gadis cantik ini, Dewi sama sekali tak melakukan penolakan dengan sikap Dicky, ia hanya mengikuti apa yang dilakukan Dicky.
Sorak para teman Dewi pun pecah saat Dewi dan Dicky sampai didepan kelas, dengan terpaksa Dicky segera melepas genggeman tangan mereka, tak mau lama-lama mendengar ledekan dari teman-teman Dewi pria berbehel ini segera berjalan pergi.
“ciyee pagi-pagi udah abis mojok” ucap Icha.
“pantesan dari tadi gue cari tapi gak ketemu-ketemu gue kira loe telat” ucap Siska.
“apaan coba kalian gak usah lebay” ucap Dewi.
“iya benar apa kata Dewi biasa aja kayak kalian gak abis ketemu sama kakak kelas” ucap Thieya membenarkan apa kata Dewi.
“loe juga gak usah sok benarin apa kata gue padahal loe sendiri juga gitu” ucap Dewi.
Semuanya hanya dapat mengangkat bahu melihat sikap Dewi yang menurut mereka berubah pagi ini, saat jam istirahat pun Dewi lebih memilih sendiri ke kantin dibanding harus bersama sahabat-sahabatnya, keenam gadis cantik ini dibuat bingung dengan sikap Dewi. Mungkin Dicky tau dengan masalah yang terjadi, karena sepengetahuan mereka pagi tadi Dewi bersama Dicky.
“kakak tau apa yang membuat Dewi berubah” ucap Okta.
“kok kalian tanya kakak bukannya kalian sahabatnya” ucap Dicky bingung.
“emm mungkin kakak tau kan tadi pagi Dewi sama kakak terus waktu dikelas tadi pagi dia berubah jadi cuek sama kita, apalagi sama aku dia kayaknya marah banget sama aku” ucap Thieya lirih.
“tadi pagi Dewi nangis didepan kelas kalian .....” ucap Dicky terpotong.
“nangis apa mungkin karena aku sama kak Bisma” ucap Thieya.
“apa Dewi suka sama kak Bisma (?)” ucap Icha.
“mungkin begitu kakak juga gak tau, karena dia gak cerita apa-apa sama kakak” ucap Dicky.
Keenam gadis cantik ini pun mencari keberadaan dimana Dewi teman mereka saat ini, sudah berkali-kali mereka mengitari sudut sekolah akhirnya mereka menemukan Dewi berada ditaman belakang sekolah sendirian.
“Dewi kenapa kamu disini sendiri lagi” ucap Laily.
“kenapa kalian kesini” ucap Dewi dingin.
“Wi gue tau gue yang udah buat salah sama loe, tapi sumpah gue gak tau kalau loe suka sama kak Bisma” ucap Thieya.
“udah lah gak usah bahas itu gue males” ucap Dewi sinis.
“udah kenapa jangan gara-gara cowok persahabatan kita bertujuh jadi berantakan guys” ucap Lili.
“cowok didunia ini gak hanya satu, masih banyak lagian ada cowok lain yang sayang sama kamu Wi” ucap Dicky yang baru saja datang.
“itu benar apa kata kak Dicky sekarang kamu baikan ya Wi sama Thieya” ucap Icha.
Dewi hanya dapat diam meresapi semua perkataan yang para sahabatnya ucapkan, entahlah mungkin perkataan para sahabatnya memang benar Dewi segera berhambur memeluk Thieya.
“maafin aku yang egois” ucap Dewi menyesal.
“kamu gak egois kok Wi, lagian kamu gak salah perasaan orang siapa juga yang tau” ucap Thieya sembari melepas pelukan mereka.
“gini kan pada kompak gak usah ribut-ribut” ucap Morgan yang baru saja datang bersama temannya yang lain.
“sekarang cocok nih pasang-pasangan gue sama Okta, Reza sama Icha, Bisma sama Thieya, Ilham sama Laily, Morgan sama Siska, Rafael sama Lili, dan loe Dikdok sama Dewi” ucap Rangga memasangkan para gadis dengan para temannya.
“setuju” ucap keenam pria secara bersamaan.
“emang kita setuju” ucap semua gadis secara bersamaan.
Ketujuh pria ini hanya dapat menggaruk kepala mereka yang sama sekali tak gatal, para gadis hanya dapat menahan tawa melihat ekspresi para pria yang tengah menahan malu.

...
Tiga tahun sudah mereka mengukir kengan indah bersama dimasa putih abu-abu banyak kenangan yang tak mungkin dapat mereka lupakan, kini waktunya mereka harus berpisah, menyedikan sekali karena mereka tak dapat lagi bersama-sama.
“pasti kangen sama keunikan kalian” ucap Siska.
“kangen juga sama sifat kalian yang manja” ucap Icha.
“kangen kebawelan kalian” ucap Okta.
“kangen sifat percaya diri kalian yang berlebihan” ucap Thieya.
“nyindir gue ya loe, kalau gue pasti kangen wajah kalian yang jelek” ucap Dewi.
“gue pasti kangen sapaan kalian tiap pagi” ucap Laily.
“gue pasti kangen kebersamaan kita setiap hari” ucap Lili.
Mereka semua berhabur berpelukan bersama meluapkan kesedihan mereka yang akan berpisah, sungguh sangat berat untuk mereka berpisah tak kan ada lagi kebersamaan yang tecipta setiap harinya, memang tak semua dari mereka berpisah karena masih ada yang satu universitas #amin.
“udah jangan pada sedih lagian waktu liburan kaliankan bisa ketemu” ucap Rafael.
“enak banget kamu bilang seperti itu” ucap Lili.
“ya enak lah sayang mau gimana lagi coba lagian kalian kan harus meraih impian kalian masing-masing dan satu yang terpenting jangan putuskan hubungan kalian” ucap Rafael.
“setuju” sorak semua nya.
Mereka pun larut dalam pelukan dengan pasangan masing-masing, meskipun mereka harus berpisah demi masa depan namun mereka tetap bersahabat, gadis-gadis cantik ini pun tetap menjalin hubungan dengan pasangan masing-masing.


END / TAMAT.

Waktu dan tempat tak akan mampu memisahkan kita teman-teman, kenangan selama tiga tahun tak mungkin dapat begitu saja hilang dalam otak dan hati kita, perpisah memang akan terjadi tapi jangan pernah kita saling melupakan (˘ з˘)( ˘ε ˘)üαcĥ..

It Hurt’s




Main Cast :
- Bisma Karisma as Bisma
- Sandara park as Dara
- Chae Rin Lee as Caerin


...
Air mata Dara sudah tak dapat dibendung lagi, matanya memanas melihat pria yang berstatus sebagai kekasihnya berjalan dengan gadis lain. Ini bukan yang pertama Bisma menghianati dirinya namun ini sudah yang kesekian kali. Kaki jenjangnya melangkah dengan berat mendekat kearah Bisma. PLAKKK, sebuah tamparan yang keras mendarat pada pipi kanan Bisma. Sedangkan gadis yang bersama Bisma berlalu begitu saja, tanpa sepatah kata yang terucap.
“Cukup kamu buat Aku sakit Bisma” ucap Dara dengan deraian air mata. Gadis ini melangkah pergi, namun sebuah tangan menariknya dalam sebuah dekapan yang nyaman.
“Maaf kalau Aku kembali melukai diriMu” Bisma semakin mempererat pelukannya. Dara memberontak dengan terus memukul dada bidang Bisma, namun entah mengapa sulit sekali tubuhnya pergi menjauh meninggalkan Bisma. Pria berbehel ini terus saja mengeluarkan alasan-alasan yang sudah sering kali Dara dengar. Dara dibuat muak dengan semua kata demi kata yang terlontar dari bibir Bisma, ingin sekali tangannya menampar keras bibir itu, sebuah bibir yang sering kali membuatnya mudah untuk memaafkan Bisma. Dara bungkam membiarkan Bisma berbicara, hingga pria ini merasa lelah untuk berucap.
“Kita putus” puas dengan diamnya Dara bersuara lalu beranjak pergi. Bisma mencoba untuk mencegah namun sia-sia saja Dara tak memperdulikan dirinya.



...

Cinta itu memang masih tersimpan rapi, namun penghianatan itu sudah mengubah segalanya. Cinta yang ada sudah tertutup oleh semua kebencian, kebencian yang disebabkan akan ulahnya sendiri. Beribu kata maaf terus terlontar, tetap saja tak ada sebuah jawaban yang pasti.
“Ra... Aku mohon maafin Aku” ucap Bisma dengan tampang memelasnya. Dara melirik sekilas kearah Bisma, lalu menghempaskan dengan kasar tangan Bisma pada lengannya. Tatapan Dara begitu sinis ke Bisma, Ia seperti ingin menelan hidup-hidup pria dihadapannya ini.
“Terlambat kalau Kamu menyesal sekarang, selama ini Aku selalu memberi Mu kesempatan tapi apa balasannya” Dara menitihkan air mata mengingat kembali kebodohan dirinya selama ini. Bodoh sekali seorang gadis yang cantik ini berulang kali terbuai dengan kata-kata manis Bisma.
“Terlambat... tapi cinta Kamu untuk Aku pasti masih ada, jadi Aku mohon kembali pada Ku” ucap Bisma menatap intens wajah cantik gadis yang sudah berkali-kali Ia lukai. Hati Bisma merasa sakit melihat gadis yang Ia cintai berulang kali menangis karena ulahnya. Jari-jari Bisma dengan lembut menghapus butiran air mata yang mengalir dipipi milik Dara. ‘Happ’ Bisma merengkuh tubuh mungil Dara dalam pelukannya, memberikan ketenangan pada diri Dara.

...
Semilir angin malam begitu menusuk kulit, namun gadis ini tak beranjak dari tempatnya. Ia menunggu suatu hal yang tak pasti, entah harus berapa lama lagi Ia menunggu kedatangan sosok pria yang sudah berulang kali menyakiti dirinya. Beribu pertanyaan muncul dalam benaknya, apa Bisma sudah tak lagi mencintainya hingga tega berulang kali membuatnya terluka.
“Kini Ku sadar kalau kamu memang tercipta bukan untuk Ku” hati Dara terasa sakit yang teramat menerima semua kenyataan ini. Kaki jenjangnya melangkah dengan gontai meninggalkan taman kota yang sudah hampir 2jam lamanya Ia berdiam diri disana. Sosok Bisma benar-benar sudah membuat Dara hancur, semua kata-kata manis Bisma tak ada yang terbukti, semua hanya buaian semata.

...
Rasa sakit dalam hatinya, Dara luapkan dengan menangis semalaman, entah ingin sekali Ia melupakan semua kenangan bersama Bisma namun itu sangat sulit. Bayangan Bisma yang selalu melukai dirinya, kata-kata manis Bisma selalu berputar silih berganti dalam benaknya. Semalaman menangis membuat Dara tak tidur, hingga matanya mampu terpejam saat jam menunjukan pukul 02.26 WIB. Berulang kali pria tampan ini mengetuk pintu berwarna coklat ini, namun tak ada jawaban dari sang pemilik kamar. Bodoh kenapa Ia tak mencoba memutar handle pintu saja, karena ternyata pintu kamar gadisnya tak terkunci. Senyum tipis tampak pada wajah manisnya, begitu terlihat nyenyak sekali tidur Dara hingga membuatnya ragu untuk mengusik. Jari-jari lentik Bisma membelai lembut pipi putih Dara, membuat gadis ini terusik dari tidurnya. Mata sipit Dara menatap sekilas wajah Bisma lalu Ia menampik tangan Bisma dari wajahnya.
“Lebih baik Kamu pergi” Dara begitu dingin berucap.
“Kenapa (?)” tanya Bisma. Mata Dara menatap dengan sinis, namun Bisma membalas dengan sebuah senyum yang mempesona, membuat siapa saja yang melihatnya akan terpikat padanya, dan itu berlaku pula untuk Dara. Entah mengapa senyum Bisma mampu membuat hati Dara kembali luluh, gadis ini berhambur memeluk tubuh cungkring Bisma meluapkan sakit hati yang Ia rasa. Bisma perlahan meceritakan kejadian semalam hingga Ia tak bisa datang menemui Dara, entah benar apa tidak apa yang Bisa kata namun Dara percaya.

...
Lelah, telah lelah Dara mencoba memahami Bisma yang terus saja membuatnya terluka. Berulang kali Dara selalu mengerti Bisma namun kapan Bisma dapat mengerti Dara, apa sampai Dara akan pergi jauh dari Bisma. Pergi jauh ? yah lebih baik Dara menjauh dari Bisma hingga pria itu sadar akan apa yang telah dilakukan.
“Apa ini akan berhasil agar membuatnya berubah (?)” fikir Dara.
“Yah ini pasti akan membuatnya jerah dan kembali menjadi Bisma manis milik Dara” lanjutnya. Dara segera beranjak dari duduknya meraik koper berukuran sedang, memasukan beberapa pakaiannya kedalam koper sekiranya cukup untuk dipakai beberapa hari. Dengan kopernya Dara keluar kamar yang sebenarnya berat untuk ditinggalkan, tapi ini jalan yang baik agar semua dapat kembali seperti semua, kalau memang tak kembali setidaknya Dara dapat bebas sejenak dari semua masalahnya dengan Bisma.

...
Pagi ini Bisma dibuat kalang kabut karena tak bertemu dengan kekasihnya, meski ada seorang gadis yang tengah bergelayut manja dilengannya. Dara ? yah memang Dara yang tengah Bisma cari, seorang gadis yang telah dilukainya berulang kali. Tangan kekarnya dengan kasar menarik lengan seorang gadis dengan kasar, membuat gadis itu menatapnya kesal.
“SudahKu bilang Aku tak tau ada dimana Dara” sentak Caerin selaku sahabat Dara. Kini mereka menjadi tontonan teman satu kampus mereka, namun Bisma tak peduli dengan semua itu yang terpenting Ia segera tau dimana gadisnya.
“Dia sudah bilang tak tau dimana Dara jadi tak usah dipaksa, lagian kenapa kamu cari Dara sedangkan Aku disini selalu ada didekatMu” Bisma muak melihat gadis yang tengah merangkul lengannya dengan kasar Bisma melepas rangkulan gadis yang mungkin berstatus sebagai selingkuhannya itu.
“Kita putus jadi cukup sudah kamu mengikuti Ku” mata gadis ini membola tak terkecuali Caerin, dengan mudahnya Bisma mengatakan putus, memang pria ini PlayBoy cap kapak. Perasaan yang kesal membuat mantan selingkuhan Bisma berlalu begitu saja tanpa berucap, cukup tau diri kalau dirinya memang hanya seorang selingkuhan yang harus tau apa akibatnya.
“Sekarang cepat kata dimana Dara berada (?)” Caerin tersenyum sinis, Bisma kira dengan mudah memaksanya itu salah besar, Caerin tak akan membiarkan Bisma membuat luka dihati Dara lagi.
“Ikatan batin kalian yang akan mempertemukan kalian kembali” ucap Caerin lalu pergi dari hadapan Bisma. Bisma mengacak frustasi rambutnya, bingung harus kemana untuk bertemu dengan Dara. Bodoh, begitu bodoh dirinya telah melukai Dara yang begitu tulus mencintai dirinya. Semua kenangan saat hubungan mereka baik-baik saja mulai terputar dalam benak Bisma.
“Aku begitu suka dengan air dan pasir, melihatnya membuat Ku nyaman dan bahagia. Sering ketika Ku masih kecil datang kepantai ini bersama dengan mama dan papa, tapi sekarang semua itu hanya kenangan karena mereka sibuk dengan urusannya sendiri” perkataan Dara beberapa bulan lalu saat mereka berlibur bersama terekam jelas oleh Bisma. Yah kini Bisma tau harus melangkah kemana untuk mencari Dara, tempat itu satu-satunya yang Bisma tau kalau Dara suka kunjungi.

...
Deburan ombak silih berganti menerpah lembut kulit kaki Dara dan Bisma, mereka tengah menikmati indahnya pantai pada sore hari menunggu terbenamnya matahari. Saat tengah lelah mereka duduk berdampingan dibawah pohon kelapa, Bisma menyandarkan tubuhnya pada batang pohon sedangkan Dara bersandar pada bahu Bisma. Dugaan Bisma tepat kalau Dara pergi kebali datang kepantai kuta, pantai dimana Dara dan Bisma pernah berlibur bersama dan kini terulang kembali namun dengan keadaan yang berbeda.
“Sampai kapan kamu akan melukaiKu, bila memang kamu tak cinta lepaskan Aku” ucap Dara lirih. Sungguh sakit hatinya mengingat berulang kali Bisma menduakan dirinya tapi dengan mudah pula Dara memaafkan Bisma, rasa ini memang rasa yang aneh, apa cinta yang telah membuat Dara bodoh dengan keadaan, keadaan yang selalu jatuh tak berdaya dihadapan Bisma.
“Percayalah kalau Aku tak akan mendua lagi, karena dulu Aku hanya ingin mencari suasana yang baru. Ku kira suasana baru lebih bahagia dibanding bersamaMu, tapi ternyata Ku salah karena bersamaMu ternyata lebih bahagia” ucap Bisma dengan membelai puncak kepala Dara lalu mencium hangat kening Dara. Dara begitu nyaman mendapat perlakuan Bisma yang begitu manis kali ini, berbeda dengan Bisma hari yang lalu seolah cuek setiap Dara mengeluh dengan retaknya hubungan mereka.
“Maaf untuk kemarin malam Aku datang terlambat ketaman karena papa masuk rumah sakit, Aku tau kamu pasti datang tapi karena dua jam menunggu kamu pasti memutuskan pulang” Dara menatap lekat wajah tampan Bisma. Apa yang difikiran Dara salah, Dara mengira Bisma tak mencintainya lagi hingga membuat Bisma enggan untuk bertemu dengannya malam itu. Dara yang merasa bersalah berhambur memeluk Bisma dengan berbaur dengan tangisan.
“Hiks maaf” sesal Dara dalam isaknya.
“Kamu tak usah minta maaf karena semua salahKu, salahKu mempermainkan kepercayaan yang kamu beri, salahKu melukai Mu. Kalau memang kamu tak mau bersama Ku lagi Aku tak apa, karena sudah terlalu dalam Aku melukai Mu” Bisma mulai menitihkan air mata mengingat betapa bodohnya Ia telah melukai gadisnya berulang kali. Dara melepaskan pelukan mereka, kembali menatap mata Bisma yang berair.
“Memang benar apa yang kamu bilang lebih baik kini kita sendiri-sendiri dulu. Aku mulai berfikir untuk belajar melupakan Mu, maaf bila ini memang keputuskanKu yang membuatMu terluka” ujar Dara. Bisma hanya diam karena memang ini semua salahnya yang telah melukai Dara berulang kali dan memang ini akhir dari semua, Dara sudah lelah menghadapi Bisma yang selalu mendua.
“Simpan cintaMu untukKu mungkin suatu saat Aku bisa kembali bersamaMu, tapi harus kamu tau kalau hingga detik ini cintaKu masih sama hanya untukMu” lanjutnya. Bisma semakin terlihat menjadi orang yang bodoh meski berulang kali Ia melukai Dara, tapi coba lihat Dara yang masih saja mencintainya. Dara meraih gitar kesayangannya, gitar yang Bisma beri saat ulang tahunnya ke 20, gadis ini memang mahir bermain gitar karena Bisma selalu mengajarinya ketika mereka bertemu.

Naega jun shinbaleul shingo geunyeowa gileul geotgo
Amureochi ankae geunyeowa kisshago
Naega jun hyangsu ppurigo geunyeoreul poomae ango
Nawa haetdeon geu yaksok ddo dashi hagaetjyo

Oorin imi neujeotnabwayo
Oori sarang kkeutnan geongayo
Amu malirado jom naegae haejweoyo
Oori jungmal sranghaetjana
Dwaedollilsoon eopneun geongayo

Oneul bam namani apayo

Byeonhaetni ni mamsokae
Eejae nan deo eesang eopneun geoni
Nan neol neol saenggak-hamyeon
Neomu apa apa apa

Amugeotdo aniran deut
Nae noonmul barabogo
Taeyeonhagae maleul ddo ee-eogago

Aniran mal mot-hagaetdago
Geu eoddeon miryeondo huhwaedo junhyeo eopdago
Janinhagae malhaetjyo

Oorin imi neujeun geongayo
Oori sarang kkeutnan geongayo
Geojitmalirado jom anirago haejweoyo
Eejaen deo jalhal su itneundae
Dashi mannal suneun eopjiman

Oneul bam namani apayo

Byeonhaetni ni mamsokae
Eejae nan deo eesang eopneun geoni
Nan neol neol saenggak-hamyeon
Neomu apa apa apa

Deo eesang yejeonae neega aniya

Naega saranghan neowa jigeunae niga
neomudo dallasseo

Geojeo munghani
Meoleojineun neol
barabogoman seo seo ooleosseo

No way, I can't recognize
You're not mine anymore

Byunhaeya haetni? Doraol soon eopni?
Kkok bunhaeya haetni? Dorawajul soon eopni?
Byunhaeya haetni? Doraol soon eopni?
Wae byunhaeya hani? Gyesok saranghal soon eopni?

Oh, kkeuchin geoni ni mamsokae
Eejae nan deo eesang eopneun geoni
Nan neol neol saenggak-hamyeon

Neomu apa apa apa
Apa apa

Apa apa


“Pada akhirnya Aku selalu terluka setiap malam menangisiMu, saatnya kini semua sakitKu sudah pada ujungnya dan menyerah” Dara tersenyum yang sejujurnya menyimpan luka, tapi Ia berusaha untuk tegar dihadapan Bisma. Luka itu yang membuat Dara menyerah dengan keadaan meski Bisma sudah menyadari kesalahannya dan mengakui kebodohannya tapi tak dapat membuat Dara merubah semua.

THE END.