***
Tante Laura menatap aneh sang putri yang tak pulang sendiri
melainkan Lili pulang bersama dengan Hana, namun tak terlalu khawatir dengan
gadis yang dibawa putrinya, karena tante Laura sudah mengenal dengan Hana dan
keluarganya. Tante Laura menghampiri sang putri dan Hana yang memasuki luar
keluarga.
“Hana” ujar tante Laura. Hana yang awalnya tertunduk mulai
mendongakan kepala, menatap dengan sebuah senyum wanita paruh baya yang tak
asing untuknya. Hana berjalan mendekat kearah tante Laura dan mencium pungung
tangan wanita yan sudah melahirkan Lili itu.
“Kalian sudah saling kenal (?)” tanya Lili.
“Hana ini anak tante Carolin sahabat mama. Kamu juga sudah mengenal
bukan dengan tante Carolin (?)” Lili meganggukan kepala karena memang sudah
beberapa kali Lili bertemu dengan tante Carolin.
“Mah, kak Hana boleh yah nginep disini untuk sementara waktu” ujar
Lili.
“Kapan saja Hana mau tinggal disini asalkan sudah izin dengan mama
kamu” tante Laura membelai lembut punggung Hana yang berdiri disampingnya.
“Hana mohon sama tante jangan bilang sama mama kalau Hana menginap
disini” ujar Hana dengan wajah memelasnya. Tante Laura menautkan alisnya
menatap bingung Hana, sebenarnya apa yang terjadi hingga Hana bisa mencari
tumpangan tempat tinggal ?.
“Mama ayolah jangan bilang sama tante Laura kalau kak Hana menginap
disini, lagian kak Hana disini Aku senang ada teman” ujar Lili dengan menyatukan
kedua tangannya berharap sang mama dapat tutup mulut tentang keberadaan Hana.
Tante Laura takut andai tante Carolin tau kalau Hana menginap dirumahnya tanpa
sepengetahuan tante Carolin akan marah padanya, tapi apa boleh buat tak mungkin
tante Laura menolak keinginan sang putri.
“Kalian istirahat saja sudah malam, masalah ini biar menjadi
rahasia kita” tutur tante Laura membuat sang putri refleks memeluknya.
“Makasih mamaKu sayang” Lili mengecup pipi sang mama kanan kiri
secara bergantian.
“Dasar kamu ini memang anak mama yang manja. Sudah ajak kak Hana
kekamar kamu, kasihan sepertinya kak Hana kelelahan” perintah tante Laura pada
sang putri.
“Makasih yah tante” ujar Hana dan tante Laura membalas dengan
sebuah senyum tipis lalu Lili dan Hana beranjak menuju lantai dua dimana kamar
Lili berada, tante Laura menatap punggung dua gadis itu dan menggelengkan
kepala, bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.
***
Mobil sedan putih ini tengah mengitari jalanan, sang pengemudi
melirik sana sini berharap Ia dapat melihat putrinya, namun sia-sia saja sudah
hampir 1jam sang putri tak kunjung diketemukan. Om Wijaya merain ponselnya dan
menghubungi orang suruhannya yang mungkin saja sudah menemukan dimana Hana.
Via telfon.
“Bagaimana (?)”
“.......”
“Cari Hana sampai ketemu dan tolong awasi terus rumah Rafael dan
Della, jangan sampai orang suruhan Carolin menganggu mereka, saya tak ingin
terjadi sesuatu dengan anak-anak saya”
PIP
Komunikasi lewat seluler itu berakhir namun om Wijaya masih sibuk
dengan ponselnya, mencoba menghubungi sang putri namun berulang kali hana
merejectnya. Om Wiajaya semakin dibuat takut dengan keadaan Hana sekarang,
takut terjadi yang tidak-tidak dengan sang putri
***
Hana sudah mengganti baju yang dikenakan tadi dengan baju tidur
milik Lili, karena memang postur tubuh mereka yang tak jauh beda membuat
pakaian tidur Lili muat dikenakan Hana. Kini mereka tengah duduk berdampingan
diatas ranjang. Hana tak banyak bicara, gadis ini sibuk dengan ponselnya yang
terus bergetar akibat ada panggilan masuk dari sang papa. Hana tau benar kalau
kini sang papa pasti tengah mengkhawatirkan keadaannya.
“Kenapa gak diangkat kak (?) siapa tau penting” tanya Lili. Hana
melirik Lili dan tersenyum lalu menonaktifkan ponselnya.
“Gak penting, hanya orang iseng saja yang tak jelas” jawab Hana
dengan sebuah senyum mampu membuat Lili mengangguk percaya.
“Hem... Aku boleh tanya sesuatu sama kakak (?)” tanya Lili ragu.
“Boleh saja”
“Sebelumnya maaf bukannya Aku mau ikut campur urusan kakak,
sebenarnya apa yang membuat kakak pergi dari rumah (?)” tanya Lili dengan
ragu-ragu, mungkin saja pertanyaannya membuat Hana tersingung atau bagaimana.
“Semua karena mama yang terlalu mengekangKu, meminta Ku ini itu
termaksud menjauhi Rafael yang mama bilang tidak sederajat dengan kita” ujar
Hana dengan menundukan kepala, mengingat kembali apa yang sang mama lakukan
membuat Hana ingin menangis.
“Ada hubungan apa memang kakak dengan kak Rafa hingga membuat tente
Carolin meminta kakak menjauhi Rafael” gadis ini seperti ingin tau seberapa
dekat hubungan Hana dengan Rafael.
“Kita hanya sebatas teman saja tapi jujur dari dulu Aku sudah jatuh
hati pada Rafael, tapi entah apa Rafael juga menyukaiKu” tutur Hana membuat
Lili tertegun, ternyata Hana juga menyukai Rafael dan dari perhatian Rafael ke
Hana membuat Lili menyakini kalau Rafael juga mempunyai rasa pada Hana.
“Kalau kakak suka dengan kak Rafa kenapa kakak gak ungkapin saja
perasaan kakak itu (?)” tanya Lili.
“Kamu ini ada-ada saja gak mungkin kalau cewek ungkapin perasaannya
terlebih dahulu” Hana.
“Gak ada yang tidak mungkin ditahun ini kak, sudah gak jaman kalau
kita menunggu sang pria mengungkapkan perasaan terlebih dahulu” Lili. Gadis
satu ini berbicara tetapi tak melihat diri sendiri, kalau sudah jaman cewek
mengungkapkan perasaan terlebih dahulu kenapa Ia tak mengungkapkan perasaannya
pada Rafael.
“Udah jangan bahas itu terus makin pusing aja kepala ini” ujar
Hana.
“Yah sudah kalau begitu kita tidur saja” Lili dan Hana lalu
merebahkan tubuh mereka. Lili tidur membelakangi Hana begitu pula sebaliknya,
mereka sibuk dengan perasaan mereka yang tak menentu. Sakit mendengar Hana
ternyata menyukai Rafael, dan jelas kini saingan Lili adalah Hana yang sudah
lama dekat dengan Rafael.
***
Embun pagi membasahi dedaunan hijau.
Sejuknya udara pagi ini begitu menusuk kulit. Pria tampan ini terjaga dari
tidurnya lalu merenggangkan ototnya yang terasa kaku, mungkin akibat tidur
ditempat yang sempit dan kasur yang tak seempuk dirumahnya. Rangga beranjak
keluar dari kamarnya menatap Della dan Rafael yang masih tertidur pulas dengan
duduk diatas kursi.
“Jadi semalam mereka tidur dengan
posisi duduk, pasti ini semua karena Gue yang udah tempati kamar mereka” Rangga
berjalan mendekat kearah Della, dengan lembut Rangga mengusap puncak kepala
Della tanpa berniat mengusik tidur Della.
“Gadis yang cantik dan lembut tapi
maaf karena kakakMu akan menghancurkan hidupMu” Rangga mengeluarkan beberapa
uang seratus ribu dari dompetnya dan meletakan diatas meja lalu segera berlalu
pergi sebelum Della atau Rafael terbangun dari tidurnya. Uang itu sebagai tanda
ucapan terima kasih Rangga karena adik kakak ini telah menolongnya. Tak lama
setelah Rangga pergi, Della terbangun dari tidurnya melihat beberapa lembar
uang diatas meja.
“Uang siapa ini (?)” ujar Della
bingung.
“Apa (?)” Della baru teringat akan
sesosok pria yang semalam ditolongnya, dengan cepat Della berlari menuju
kamarnya dan benar saja kalau Rangga sudah tak ada ditempat.
“Pasti kak Rangga yang meninggalkan
uang diatas meja, kalau kak Rafa tau pasti dia tak akan terima, lebih baik uang
ini Aku simpan dan akan Ku kembalikan” Della menyimpan uang itu ditas
sekolahnya agar sang kakak tak mengetahui keberadaan uang itu, takut saja
Rafael akan menganggap kalau Rangga hanya memanfaatkan uangnya saja untuk
mengucapkan kata terima kasih.
***
Gadis cantik ini berjalan dengan ringan menyusuri koridor
sekolahnya dengan menendangkan kecil sebuah lagu yang didengar melalui earphone
yang bertengger ditelinganya. Langkahnya terhenti saat sudah berada ditempat
biasa Ia tempati bersama sahabatnya, tas sekolahnya diletakan diatas meja, lalu
duduk menyandarkan tubuhnya pada kursi.
“Tumben kelas masih sepi” Lili melirik jam yang melingkar pada
pergelangan tangan, pantas saja masih pukul 06.30 wajar kalau kelas masih sepi,
sembari menunggu bel masuk berbunyi Lili mencoba mengerjakan soal matematika
yang ada dibukunya, namun sebelumnya Ia sudah melepaskan mematikan musiknya dan
melepas earphonenya.Terlalu asyik dengan buku matematikanya membuat Lili tak
sadar kalau Della sudah duduk manis disampingnya dengan menompang dagu, Della
memanyunkan bibirnya.
“Ngeselin ini anak” Della dengan kesal menjewer telinga Lili,
refleks Lili tersadar kalau ada sesosok gadis cantik yang sudah duduk manis
disampingnya.
“Hehehe maaf terlalu asyik dengan ini” Lili menutup buku
matematika-nya lalu beralih menatap sahabatnya yang masih saya memanyunkan
bibir.
“Makin jelek tau” ledek Lili.
“Ada hal yang mau Aku ceritakan sama kamu” ujar Della dengan
antusias.
“Aku juga ada hal penting yang inginKu ceritakan ke kamu” ujar
Lili.
“Kamu dulu saja” Della mengalah karena Ia ingin sekali mendengar
cerita dari Lili yang katanya penting.
“Kak Hana sekarang ada dirumahKu” mata Della membola mendengar
penuturan Lili, mengapa bisa Hana ada dirumah sahabatnya.
“Semalam Aku lihat dia duduk ditepi jalan dan Aku menolongnya,
kasihan tau lihat kak Hana, ternyata selama ini hidupnya penuh tekanan dari
sang mama” Della tak terkejut karena Ia tau bagaimana sifat dari mama Hana,
adik dari Rafael ini pula masih merasa sakit dengan hinaan yang didapat sang
kakak dari mama Hana.
“Kalau kamu mau cerita apa sama Aku (?)” tanya Lili.
“Hampir sama dengan kamu, semalam Aku menolong kak Rangga yang
habis dipukuli preman. Kamu mau bantu Aku kan (?)” cerita dan tanya Della.
“Hah... perlu bantuan apa kamu (?)” tanya Lili.
“Antar Aku kerumah kak Rangga untuk mengembalikan uangnya” jelas
Della.
“Uang (?) kenapa bisa kamu mendapat uang dari Rangga (?), apa itu
sebagai tanda terima kasih Rangga sama kamu (?)” tanya Lili bertubi-tubi
membuat Della kesal dan menjitak kepala Lili.
“Loe mau denger jawaban Gue jujur apa bohong (?)”
“Gak usah basi-basi Aku gak suka tau” Lili memalingkan wajahnya
dari Della membuat Della yang melihat terkekeh kecil.
“Jangan ngambek nanti Aku cerita lebih mendalam sama kamu, apalagi
ada yang aneh dalam hatiKu saat melihat mata Rangga” ujar Della lalu tak lama
bel masuk kelas berbunyi membuat Della dan Lili harus menunda untuk saling
bertukar cerita tentang apa yang mereka alami semalam.
***
Rangga yang mendengar Hana kabur dari rumah dibuat kalang kabut,
meski dalam kondisi sakit Rangga tetap memutuskan untuk mencari keberadaan
Hana. Sejenak Rangga berfikir kalau Hana tak mungkin ada dirumah Rafael karena
semalaman Rangga dirumah Rafael dan tak ada Hana disana, jadi sekarang dimana
Hana. Rangga memarkirkan mobil sport putihnya diparkiran kampus, lalu segera
beranjak mencari Hana, mungkin saja gadis itu pagi ini datang kekampus.
“Ada yang lihat Hana (?)” tanya Rangga saat melintasi segerombolan
teman satu kampusnya yang tengah berbincang, dengan serempak mereka
menggelengkan kepala karena memang tak melihat Hana sama sekali. Rangga
mengacak rambutnya frustasi, matanya menyipit ketika melihat dua orang pria
tengah bergurau ditaman kampus, dengan segera Rangga menghampiri mereka.
“Dima Loe sembunyiin Hana (?)” sentak Rangga dengan menarik kerah
baju Rafael. Rafael dan Dicky dibuat bingung dengan Rangga yang baru datang
sudah mencari ribut.
“Eh... Eh... maksud Loe apa datang-datang cari ribut” Dicky tak
terima melihat Rangga menarik kerah baju Rafael.
“Loe gak usah ikut campur” sentak Rangga.
“Jelas Gue ikut cam....”
“Udah Dik diem. Mau Loe apa (?), Ngga” lerai dan tanya Rafael.
“Mau Gue sekarang juga Loe bawa Hana balik kerumahnya, semalaman
dia gak pulang dan Gue yakin kalau Hana sama Loe” ujar Rangga. Rafael dengan
kasar melepas tangan Rangga dari kerah bajunya karena merasa lehernya tercekik.
“Semalam Loe ada dirumah Gue jadi Loe bisa lihat apa ada Hana
disana” ujar Rafael santai.
“Bisa saja Loe sembunyiin Hana ditempat lain” Rangga.
“Rangga Rangga, Loe kira kita seperti Loe yang punya segalanya dan
akan dengan mudah melakukan apa saja. Kita hanya orang miskin yang gak akan
bisa kasih Hana makan enak, rumah yang luas dan uang berlimpah” ujar Dicky.
Rangga terdiam, benar saja kata Dicky kalau Rafael menyumbinyakan Hana ditempat
lain pasti Rafael akan mengeluarkan uang untuk keperluan Hana, sedangkan
kondisi Rafael sendiri saja kekurangan. Tanpa berucap Rangga berlalu pergi
membuat Dicky yang melihatnya menggelengkan kepala.
“Kira-kira Hana sekarang dimana (?)” fikir Rafael yang
mengkhawatirkan kondisi Hana sekarang, entah harus kemana Rafael mencari
keberadaan Hana.
“Kalau Hana gak sama kita terus dia sama siapa Raf (?), Gue jadi
khawatir sama anak satu itu” Dicky pun ikut mengkhawatirkan kondisi Hana
sekarang, karena Hana memang gadis yang baik wajar jika Dicky ikut
mengkhawatirkan keadaan Hana.
“Gue bingung Dik mau cari Hana kemana” Rafael tertunduk lemah.
Dicky menepuk bahu Rafael, memberikan semangat pada sahabatnya.
“Gue yakin Loe pasti bisa segera bertemu dengan Hana, apapun yang
akan terjadi Gue akan bantu Loe” ujar Dicky. Dicky begitu mendukung hubungan
Rafael dan Hana, setidaknya masih ada harapan untuk Dicky mendapatkan Lili,
tapi apa itu mungkin sedangkan Lili terlihat begitu menyukai Rafael. Masalah
perasaan untuk saat ini dibuang jauh-jauh yang terpenting Hana segera
diketemukan.
***
Rangga melangkah dengan ringan menyusuri koridor sebuah
sekolah yang cukup ternama ini, kedatangannya cukup menjadi perhatian para
siswa dan siswi, pria ini memang sudah tak asing mereka karena Rangga anak dari
pemilik sekolah. Tanpa mengetuk pintu Rangga memasuki ruang kepala sekolah,
sehingga membuat sang pemilik ruangan merasa terkejut dengan kedatangan Rangga.
“Saya gak mau basa-basi, keluarkan gadis yang bernama Della,
seorang siswi dari kelas duabelas IPS dua” ujar Rangga to the point. Sang
kepala sekolah tersentak kaget dengan perintah Rangga, mana mungkin bisa
mengeluarkan seorang siswa tanpa sebuah alasan yang jelas.
“Tapi....”
“Sekali saja anda melawan saya jamin jabatan sebagai kepala
sekolah akan saya ganti dengan orang yang lebih baik dibanding anda” ancam
Rangga seketika membuat sang kepala sekolah diam seribu bahas, semua orang
begitu mengetahui bagaimana Rangga yang tak pernah main-main dengan ucapannya.
Tanpa permisi pula Rangga keluar dari ruangan kepala sekolah, saat melintasi
koridor sekolah Rangga berpapasan dengan Della, namun Rangga terkesan cuek
seperti sama sekali tak mengenal Della. Della menundukan kepala ternyata Rangga
tak pernah mengenggapnya ada.
“Itu cowok kenapa datang kesekolah kita (?), memang sih dia
anak pemilik sekolah tapi ada alasan apa dia kesini” beribu pertanyaan
terlontar dari bibir tipis Lili, menatap bingung apa alasan Rangga datang
kesekolah mereka. Seorang gadis sebaya dengan Della dan Lili menghampiri dua
gadis ini, mengatakan kalau Della diminta untuk menghadap kepala sekolah. Lili
dan Della Saling tatap dan menggelengkan kepala.
“Silahkan duduk” perintah sang kepala sekolah saat Della sudah
berada didalam ruang kepala sekolah.
“Memang ada apa bapak panggil saya kesini (?)” tanya Della.
Sang kepala sekolah menghela nafas, bingung apa yang akan dilakukan.
Sesungguhnya Ia tak ingin mengeluarkan Della yang termaksud siswi yang
berprestasi, tapi Ia mengingat akan ancaman Rangga yang tak mungkin main-main.
“Maaf dengan berat hati kami memutuskan untuk kamu keluar dari
sekolah ini” Della tercengang mendengar penuturan sang kepala sekolah, begitu
pula dengan Lili yang berdiri didepan ruangan ini.
“Tapi pak, saya tak membuat masalah mengapa saya harus
dikeluarkan” tanya Della.
“Ini keinginan dari pemilik sekolah, saya minta maaf karena
tak bisa berbuat apa-apa” ujar sang kepala sekolah. Keinginan pemilik sekolah
(?) Della begitu yakin kalau semua ini berhubungan dengan Rangga. Apa salah
Della hingga membuat Rangga meminta agar Della keluar dari sekolah ini ? fikir
Della.
“Tapi pak ini tahun terakhir sana disini, apa tidak bisa untuk
dipertimbangkan (?)” ujar Della yang masih berharap agar tak dikeluarkan dari
sekolah, sedangkan posisinya kini juga sudah menginjak kelas terakhir dibangku
SMA.
“Lebih baik kamu bicara sendiri dengan pemilik sekolah,
mungkin saja dia bisa memberi kamu kesempatan lagi. Ini alamat yang bisa kamu
datangi untuk bertemu dengannya” sang kepala sekolah memberi secarik kertas
bertuliskan alamat dari pemilik sekolah yang tak lain rumah keluarga Rangga.
Della beranjak dari tempat dan mengucapkan kata permisi. Berhambur dalam
pelukan Lili dengan deraian air mata Della merasa bingung dengan apa yang akan
dilakukan nanti, bagaimana dengan sang kakak apabila tau dengan semua yang
terjadi sekarang.
“Aku akan bantu kamu untuk kembali kesekolah ini, gak akan ada
yang bisa keluarkan kamu tanpa alasan yang jelas” tenang Lili dengan membalas
pelukan Della. Lili merasakan kebingungan yang tengah sahabatnya rasa.
“Sekarang kita bereskan barang-barang kita dan bertemu dengan
pemilik sekolah, mungkin saja mereka dapat memberikan kesempatan sama kamu”
Lili membawa tubuh Della menuju kelas mereka untuk membereskan barang bawaan
mereka hari ini, meski jam sekolah belum usai tetapi Lili berani untuk bolos
demi sahabatnya.
***
Sedari tadi Hana hanya diam menghabiskan waktu dikamar Lili,
Hana berfikir tak mungkin lama-lama tinggal dirumah ini, tapi mau tinggal
dimana kalau Ia harus keluar dari rumah ini, sedangkan uang sama sekali Hana
tak membawa, pakian saja Hana meminjam pada Lili.
“Tinggal disini terlalu lama tak mungkin, pasti mama bisa
mengetahui keberadaanKu” tutur Hana dengan menatap lurus kedepan, memang kini
Hana tengah duduk dikursi yang ada dibalkon kamar Lili. Terdengar suara decitan
pintu membuat Hana segera beranjak dari duduknya, melihat siapa yang membuka
pintu bernuansa klasik itu. Seorang wanita paruh baya bejalan mendekat kearah
Hana yang berdiri tak jauh dari ranjang.
“Hana gak mau masuk kuliah hari ini” tanya wanita paruh baya
ini yang tak lain tante Laura. Hana menjawab dengan sebuah gelengan kepala.
“kenapa (?)” tanya tante Laura.
“Pasti kalau Hana masuk kuliah mama akan tau keberadaan Hana
dan akan membawa Hana pulang kerumah” Hana duduk dibibir ranjang diikuti tante
Laura.
“Tante tau bagaimana sifat mama kamu, tapi setidaknya kalian
selesaikan masalah dengan baik-baik jangan pakai keluar dari rumah segala” ujar
tante Laura dengan membelai penuh kasih sayang rambut Hana yang tergerai.
“Hana juga gak mau tante sebenarnya seperti ini, mama yang
minta Hana untuk keluar dari rumah apabila Hana gak mau jauhi Rafael, sedangkan
Rafael sama sekali gak punya salah sama Hana, gak mungkin kalau Hana jauhi
Rafael begitu saja” mendengar nama Rafael, tante Laura cukup terkejut. Apa pria
yang dimaksud Hana adalah Rafael yang dikenalnya.
“Memang apa alasan Carolin meminta kamu untuk menjauhi Rafael
(?)” tanya tante Laura.
“Karena status sosial. Mama gak pernah suka kalau Aku berteman
dengan orang yang tidak sederajat dengan kita, mama takut kalau mereka hanya
ingin dekat dengan kita karena harta, padahal Rafael sama sekali tak begitu”
tutur Hana menjelaskan apa alasan sang mama meminta agar dirinya menjauhi
Rafael. Tante Laura menggelengkan kepala mendengar penuturan Hana, tak pernah
berubah sikap Carolin menurutnya sejak mereka awal berkenalan pada bangku SMA.
“Apa Rafael itu pacar kamu (?)” tanya tante Laura.
“Bukan tante, kita hanya sebatas teman saja” ujar Hana.
“Hem... kalau sebatas teman saja tante rasa kamu mau untuk
menjuhi Rafael, sepertinya ada rasa yang lebih” goda tante Laura yang mulai
menyadari keanehan pada Hana tentang hubungannya dengan Rafael.
“Tante bisa saja” Hana dengan tertunduk malu.
“Tante tinggal keluar yah masih ada urusan, kalau ada apa-apa
bilang ke mbok dibawah gak usah malu-malu, anggap saja rumah ini rumah kamu
sendiri” Hana menganggukan kepala lalu tante Laura berlalu pergi.
“Mereka baik semoga saja mama gak tau kalau Aku tinggal
disini” ujar Hana tersenyum tipis menyadari kebaikan keluarga dari Lili.
***
Peluh mengalir dengan derasnya dikening dua pria tampan ini,
karena teriknya matahari mereka masih saja berjalan kesana kemari untuk mencari
keberadaan Hana, namun sia-sia saja Hana tak ditemukan juga. Rafael dan Dicky
menghilangkan dehaga mereka dengan sebuah air mineral yang mereka beli
dipinggir jalan.
“Kita cari kemana lagi Hana (?)” ujar Dicky lalu meneguk air
mineral yang sudah dibeli.
“Gak tau Dik bingung Gue, secara Rangga aja yang udah cari
Hana dengan orang suruhannya gak ketemu apalagi kita” Rafael mulai menyerah tak
akan bisa untuk menemukan Hana.
“Macam anak kecil aja si Hana pakai kabur dari rumah” Rafael
dengan sigap meneloyor kepala Dicky karena merasa kesal dengan candaan yang
terlontar dari bibir Dicky.
“Mau ngomong itu disaring dulu” ujar Rafael.
“Ah... terserah Loe, sekarang Gue capek mau pulang” Dicky
hendak beranjak meninggalkan Rafael namun dengan cepat Rafael menghentikan
langkah Dicky.
“Kunyuk Loe ingat janji Loe tadi yang mau nemenin Gue cari
Hana sampai ketemu” ujar Rafael kesal.
“Sipit seharusnya Loe mikir pasti keluarga Hana dan Rangga gak
akan berhenti untuk cari Hana, udah santai aja sekarang kita pulang gak guna
kita cari Hana” Dicky menarik tangan Rafael untuk ikut dengannya memasuki
sebuah angkutan umum yang siap mengantar mereka pulang. Memang benar apa yang
Dicky kata tadi, tak mungkin keluarga Hana tinggal diam dengan kepergian Hana
sekarang, pasti mereka akan mencari hingga belahan bumi mana pun keberadaan
Hana, namun meski begitu Rafael masih mengkhawatirkan dengan kondisi Hana.
***
Mobil sedan merah ini berhenti disebuah rumah yang bisa
dibilang cukup mewah, dengan ragu dua gadis cantin ini berjalan beriringan
menginjakan kaki didepan pintu utama rumah mewah ini. Berulang kali menekan bel
barulah terlihat pintu itu terbuka, seorang pria yang semalam ditolong oleh
Della berdiri dengan angkuh dihadapan Della dan Lili.
“Saya tau kalau kalian datang kesini hanya untuk memaksa saya
untuk mengembalikan kamu kesekolah, tapi saya tidak akan mencabut itu semua”
pria ini tak lain adalah Rangga menunjuk Della dengan seorang yang dimaksud.
“Tolong kembalikan Della kesekolah meski beasiswa harus kalian
cabut karena Aku yang akan menjamin biaya sekolah Della” mata Della melotot
mendengar penuturan Lili.
“Tapi...” Della.
“Meski kamu siap untuk membayar biaya sekolah Della tapi Saya
tetap ingin Della keluar dari sekolah” ujar Rangga dengan bersendekap dada
membuatnya semakin terlihat begitu angkuh.
“Apa salah Aku sampai kakak mau Aku keluar dari sekolah (?),
kita saja bertemu beberapa hari yang lalu, kalau memang Aku punya salah tolong
maafkan” ujar Della dengan tampang memelasnya. Sejenak Rangga berfikir memang
benar Della tak salah mengapa Ia membawa Della dalam masalahnya dengan Rafael,
sedangkan Della sudah begitu baik mau menolongnya semalam, sepertinya ada
rencana yang lebih bagus dibanding harus mengorbankan sekolah Della.
“Kamu masih mau sekolah ditempat itu (?)” tanya Rangga.
“Jelas saya masih mau sekolah ditempat, kalau tidak saya gak
mungkin berdiri dihadapan kakak sekarang” ujar Della yang mulai merasa kesal
dengan Rangga.
“Saya bisa kembalikan kamu asal dengan syarat....” ujar Rangga
mengantung membuat Lili dan Della menautkan alis mereka, merasa penasaran
dengan syarat yang diajukan Rangga agar Della masih bisa bersekolah ditempatnya
selama ini.
***
Hari hampir sore namun Della tak kunjung pulang membuat sang
kakak merasa khawatir, sedangkan langit sudah terlihat mendung dan pasti
sebentar lagi akan turun hujan. Rafael menatap lurus keluar jendela rumahnya berharap
adiknya segera pulang, tapi apa sudah hampir dua jam Rafael menunggu Della
tetap tak kunjung pulang. Hingga Rafael memutuskan untuk mencari Della
kesekolah, dan ternyata sekolah sudah sepi karena hari sudah sore.
“Pasti dirumah Lili” fikir Rafael yang memang tau benar dimana
tempat main adiknya selama ini. Rafael menyetop sebuah angkutan umum yang akan
mengantarkan dirinya kerumah Lili, tak membutuhkan waktu lama kini Rafael sudah
berdiri didepan rumah Lili, seorang pria paruh baya yang tak lain papa Lili
datang menghampiri Rafael.
“Rafael mau cari siapa (?)” tanya om Adrian.
“Mau cari Della, om” ujar Rafael sopan.
“Om lihat gak ada Della sejak tadi, yang ada hanya Lili dan
juga Hana” tutur om Adrian membuat Rafael terkejut mendengar nama Hana.
“Bisa Rafael bertemu dengan Hana” izin Rafael.
“Masuk saja Hana sedang bersama Lili digazebo belakang” Rafael
mengangguk dan melangkah menuju halaman belakang rumah ini tempat dimana ada
gazebo yang dimaksud om Adrian. Rafael tersenyum lega ternyata benar kalau Hana
sekarang berada disini, dengan langkah cepat Rafael menghampiri Hana dan Lili.
“Hana” ujar Rafael membuat Hana dan Lili menghentikan
aktivitas mereka lalu menatap Rafael yang sudah berdiri tegap ditempatnya.
“Rafael” ujar Hana yang tak kalah sumringah ketika bertemu
dengan Rafael. Rafael pun duduk disamping Hana yang berhadapan dengan Lili yang
hanya diam melihat sepasang anak manusia dihadapannya yang seolah sedang
melepas rindu.
“Kamu kenapa pergi dari rumah (?), semua orang mengkhawatirkan
kamu termaksud Aku” ujar Rafael dengan jujur.
“Ceritanya panjang, tapi kamu kenapa bisa tau kalau Aku disini
(?)”
“Awalnya Aku kesini mau cari Della yang sampai sekarang belum
pulang, dan Aku yakin kalau Della disini tapi ternyata tidak. Om Adrian sempat
bilang kalau kamu disini mangkanya Aku memutuskan untuk bertemu kalian dulu”
jelas Rafael.
“Memang Della kemana Li (?)” tanya Hana pada Lili. Seketika
Lili gelapan harus cerita apa pada Rafael, sedangkan Lili sendiri sudah janji
pada Della tak akan menceritakan apa yang terjadi pada siapa pun, biar masalah
Della menjadi rahasia Della, Rangga dan Lili. Akhirnya Lili memutuskan
berbohong kalau malam ini Della menginap dirumah salah satu teman mereka,
karena ada tugas yang harus diselesaikan, dan dengan percaya Rafael percaya
dengan Lili.
“Aku ambil minum dulu biar kalian bisa ngobrol dengan leluasa”
ujar Lili. Gadis ini beranjak dari duduknya memasuki rumahnya, membiarkan
Rafael dan Della melepas rasa rindu mereka. Saat hendak kembali kegazebo Lili
menghentikan langkahnya ketika mendengar apa yang tengah sang mama dan sang
papa bicarakan.
“Jadi dia” Lili membungkam mulutnya dengan tangannya yang
tidak digunakan memegang minuman untuk Rafael, tak ingin orang tuanya menyadari
keberadaannya Lili melangkah pergi menuju gazebo, senyum tipis dibibirnya
ketika melihat kedekatan Hana dan Rafael.
BERSAMBUNG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar